Close

Thomas Cook, Pelajaran Berharga untuk Investor

Beberapa hari ini pasar keuangan digemparkan oleh bangkrutnya perusahaan ternama dan sudah sangat tua, yaitu Thomas Cook, yaitu Thomas Cook. Thomas Cook Group PLC yang listing di London Stock Exchange dengan kode TCG ini, merupakan perusahaan wisata tertua di Inggris yang berdiri sejak tahun 1841. Perusahaan ini mengelola hotel, resort dan maskapai penerbangan di 16 negara.

Pada tanggal 23 September 2019, perusahaan tersebut dinyatakan bangkrut. Kebangkrutan Thomas Cook membuat sedikitnya 22.000 orang di dunia kehilangan pekerjaan. Semua perusahaan yang tergabung dalam grupnya telah berhenti beroperasi, termasuk didalamnya adalah maskapai Thomas Cook. Pada tanggal 22 September 2019, semua pemesanan perjalanan dalam penerbangan Inggris dibatalkan. Lebih dari 150.000 penumpang maskapai Thomas Cook di luar negeri mengalami kerugian. Untuk itu, Otoritas Penerbangan Sipil Inggris mengamankan armada pesawat untuk membawa penumpang maskapai Thomas Cook pulang ke Inggris dari tanggal 23 September 2019 hingga 6 Oktober 2019.

Baca juga: Definisi Analisa Fundamental

Lalu sebenarnya apasih penyebab Thomas Cook ini bangkrut?

Grafik Penurunan Saham Thomas Cook
Sumber: investing.com


Sejak Bulan Mei 2018, saham Thomas Cook yang memiliki kode TCG ini terus mengalami penurunan, dari £146,10 menjadi £3,45 di tanggal 20 September 2019.

Pendapatan dan Laba Bersih Thomas Cook

Grafik revenue dan net invome Thomas Cook
Sumber: Laporan Keuangan Thomas Cook


Pada Kuartal IV Tahun 2018, Thomas Cook mencatat perolehan pendapatannya sebesar £6,36M dengan laba bersih sebesar £0,09M. Kemudian, pada Kuartal II Tahun 2019 perolehan pendapatan turun menjadi £3,02M dan mengalami kerugian sebesar £1,47M. Pihak manajemen baru mengeluarkan peringatan mengenai kinerja laba dalam waktu kurang dari setahun pada bulan Mei lalu. Pihak manajemen mengatakan bahwa biaya diskon dan bahan bakar jauh lebih tinggi dari biaya hotel, sehingga menyebabkan kerugian perusahaan selama puncak musim panas. Selain itu, persaingan online dan peristiwa geopolitik juga menyebabkan Thomas Cook terlilit utang sebesar £1,7M.

Pada Bulan Agustus 2019, Fosun Group yang merupakan perusahaan pemegang saham terbesar di Thomas Cook memberikan kesepakatan penyelamatan sebesar £900 juta. Tetapi permintaan bank untuk menghimpun dana sebesar £200 juta menimbulkan keraguan terkait kesepakatan penyelamatan itu.
Pada tanggal 22 September kemarin, para eksekutif Thomas Cook dengan para peminjam dan kreditor mengadakan pertemuan di London untuk melakukan negosiasi tentang pendanaan tambahan dan menyelamatkan kesepakatan, tetapi gagal. Kemudian pada tanggal 23 September 2019 perusahaan Thomas Cook dinyatakan benar-benar bangkrut setelah gagal mendapatkan dana pinjaman.

Baca juga: Tips Investasi di Kala Resesi Datang

Hikmah yang dapat diambil dari kejadian ini

Dari peristiwa Thomas Cook ini, kita bisa mendapatkan pelajaran berharga. Bahwasannya, sebuah perusahaan besar dan berumur pun bisa mengalami kebangkrutan atau tidak ada jaminan aman dari risiko. Sebagai investor yang baik, kita harus teliti saat ingin mengoleksi saham perusahaan. Analisa secara mendalam dari segi makro hingga mikro perusahaan yang anda ingin beli sahamnya untuk investasi jangka panjang. Karena pada hakikatnya semua perusahaan pasti memiliki risiko investasi.

Lakukan diversifikasi, sehingga apabila anda memiliki nasib yang kurang beruntung di suatu saham, saham anda yang lain masih bisa memberikan keuntungan dan dapat menutup kerugian.

Jika anda tidak memiliki waktu atau kemampuan dalam menganalisa, join Private Investing Room (PIR) untuk mendapatkan rekomendasi dan panduan investasi saham. Anda juga dapat berkonsultasi untuk memastikan saham yang sedang anda hold saat ini aman atau tidak. Jangan sampai terlambat, antisipasi sekarang sebelum anda berinvestasi lebih lanjut seperti investasi di saham Thomas Cook.

Dapatkan rekomendasi trading dan investasi dari YEF Advisor dengan menjadi member
Daftar sekarang
Link registrasi : yefadvisor.com/register

Sumber:
Finance.detik.com
CNN Indonesia
Tribun
Morningstar.com
Ayobandung.com

Market Intellegent: Mutik Dian Prabaning Tyas
Editor: Yusuf Efendi

Social Share