Close

Perbedaan Efficiency Market Hypothesis vs Inefficiency Market Dalam Investasi Saham

Dalam berinvestasi saham, salah satu informasi penting yang bisa kita dapatkan untuk menilai kinerja suatu emiten adalah laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi sangat penting karena investor bisa melihat bagaimana Perkembangan atau pertumbuhan bisnis serta valuasi yang dijadikan patokan sebuah emiten mahal atau murah.

Namun, pernahkah anda melihat fenomena laporan keuangan emiten tidak merefleksikan kinerja harga sahamnya?

Misalkan sebuah emiten memiliki kinerja keuangan yang bagus namun harga sahamnya malah mengalami penurunan, atau sebaliknya kinerja keuangannya cenderung buruk namun kinerja harga sahamnya naik.

Contohnya saham $WSKT, laporan keuangan kuartal pertama 2020 $WSKT menunjukan adanya penurunan kinerja. Namun, dalam 3 bulan terakhir justru harga saham $WSKT sudah naik hingga 39%. Contoh lainnya seperti $PTPP yang kinerjanya menurun di kuartal pertama 2020, namun kinerja harga sahamnya 3 bulan terakhir sudah naik hingga 67%.

Fenomena seperti contoh di atas bisa disebut market inefficency,yaitu terjadi bias informasi yang terjadi menjadikan harga saham tidak sejalan dengan kondisi fundamental emiten. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai market inefficiency, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai efficiency market.

Apa itu efficiency market?

Efficiency market merupakan kondisi dimana market price atau nilai pada saham yang terbentuk telah mencerminkan keseluruhan informasi emiten. Informasi yang dimaksudkan adalah kondisi emiten baik dari aset, pendapatan, hingga laba atau rugi emiten yang berasal dari laporan keuangan. Hal tersebut akan menjadikan investor tidak lagi mempertimbangkan analisis fundamental maupun teknikal lebih mendalam pada saham, karena dalam market price pada kondisi ini tidak terdapat undervalued atau overvalued price.

Efficiency Market Hypothesis (EMH) yang dikenalkan oleh Eugene Fama menghindarkan investor mengalami kerugian akan tetapi menjadikan investor tidak akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Efficiency market atau pasar yang efisien menjadikan harga pasar yang tercantum menjadi penilaian utama dalam melihat risiko investasi. Terdapat tiga tingkatan dalam efisiensi pasar, weak, semi-strong, dan strong yang menggambarkan informasi yang didapatkan oleh investor dari harga saham.

Weak form atau efisiensi pasar bentuk lemah menandakan bahwa harga-harga portofolio yang lalu mencerminkan informasi kondisi harga saat itu saja. Bentuk ini mengatakan bahwa market price yang positif tidak selalu sejalan dengan fundamental emiten, bisa saja harga saham naik tetapi emiten mengalami kerugian. Dalam berinvestasi dengan menggunakan pola weak form, investor tidak membeli atau menjual saham berdasarkan analisis fundamental maupun teknikal akan tetapi berdasarkan spekulasi.

Semi-strong form atau bentuk efisiensi pasar setengah kuat menggambarkan bahwa harga portofolio terbentuk berdasarkan informasi yang ada atau dikeluarkan oleh emiten saat itu. Hal ini menjadikan market price yang terbentuk akan dengan mudah terkoreksi ketika emiten mengeluarkan laporan keuangannya. Strong form atau bentuk efisiensi pasar kuat sendiri menggambarkan harga saat ini merupakan gambaran keseluruhan informasi yang ada baik secara publik maupun privat dari periode terdahulu hingga kondisi saat ini. Karena seluruh investor mendapatkan informasi yang sama maka keuntungan yang didapatkan tidak akan berada di atas rata-rata keuntungan para investor lainnya.

Contohnya saham $TKIM, saat ini harga saham terlihat murah dengan pergerakan yang cukup positif. Akan tetapi apabila kita melihat jauh ke dalam fundamental emiten, $TKIM masih memiliki banyak rapor merah baik dalam revenue growth maupun net profit growth. Dalam hal ini dikatakan bahwa pasar berada dalam bentuk weak-form. Apabila muncul spekulasi pembelian saham, bisa jadi investor akan mengalami kerugian nantinya karena pertumbuhan perusahaan yang tidak cukup baik.

Lalu bagaimana dengan market inefficiency?

Efficiency market bagi beberapa investor dirasa terlalu bermain aman karena EMH selalu bergerak ke arah ekuilibrium pasar. Akan tetapi, seringkali kondisi market price tidak dapat menggambarkan emiten dengan baik yang kemudian disebut dengan market inefficience. Hal ini juga memunculkan pertentangan pada teori EMH. Bagi investor, mereka memiliki ekspektasi tersendiri pada market price karena adanya behavioral finance yang memberikan efek psikologis untuk membangun nilai sahamnya sendiri. Behavioral finance cukup kuat untuk membentuk market price sendiri dan ini menyebabkan bias informasi diantara para investor. Overconfidence investor dapat muncul karena investor terlalu percaya diri dalam estimasi nilai sahamnya. Anchoring investor muncul karena bias informasi yang menyebabkan investor menahan saham terlalu lama dan tidak melepaskannya hingga mendapatkan kerugian. Hindsight investor yang terjebak bias informasi sehingga dalam melakukan investasi tidak melihat kondisi masa depan. Market inefficiency inilah yang menggambarkan ketidakmampuan market price menjelaskan kondisi saham secara nyata.

George Soros mengatakan bahwa bias informasi yang terjadi akan menyebabkan bubbless yang berakhir pada boom-bust saham. Menurut Soros, EMH tidak mampu menjelaskan kondisi secara nyata karena pada kenyatannya pasar merupakan market inefficiency dimana terdapat informasi-informasi yang tidak terserap dengan baik oleh para investor sehingga membuat bubbles. Dalam teorinya reflexivity, dikatakan bahwa ekspektasi atau behavioral dari investor sangat mempengaruhi market price tidak hanya kondisi fundamental emiten. Ekspektasi positif dari investor yang sejalan dengan fundamental emiten yang baik akan memberikan imbal balik market price yang tinggi. Akan tetapi apabila ekspektasi investor negatif tanpa adanya informasi yang baik maka imbal balik market price akan rendah.

Market inefficiency sejalan dengan teori reflexivity, dimana investor tidak memutuskan sendiri baik tidaknya emiten hanya berdasarkan market price, akan tetapi memasukkan persepsi sebagai hasil analisis sebelumnya. Kondisi yang tidak pasti dapat menyebabkan kegagalan pasar karena risiko yang akan didapatkan juga besar. Dalam investasi saham, hal yang perlu diingat adalah low risk  low return, high risk high return. Analisis fundamental dan teknikal menjadi dua hal yang penting untuk mendapatkan keuntungan yang besar.Oleh karena itu, untuk mendapatkan keuntungan dalam market inefficiency perlu adanya tambahan analisis dalam melihat saham.

Kesimpulan

Efficiency Market memang memungkinkan investor terhindar dari kerugian dan menjadikan investasi saham lebih menguntungkan. Akan tetapi kondisi pasar saham seringkali tidak berada pada kondisi tersebut. Kenyataannya pasar berada pada kondisi market inefficiency atau kondisi yang tidak pasti sehingga terjadi distorsi harga yang memberikan resiko cukup tinggi bagi para investor. Hal tersebut terjadi karena market price tidak mampu menjelaskan nilai emiten dengan baik. Market price yang terbentuk tidak hanya berdasarkan fundamental emiten akan tetapi juga terdapat persepsi dari investor yang kuat. Oleh karena itu diperlukan analisis fundamental dan teknikal lebih lanjut mengenai kondisi pasar saham untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

Anda ingin mendapatkan rekomendasi saham layak investasi lengkap dengan panduan beli sampai dengan jual serta dapat berkonsultasi dengan tim advisor kami

Join Private Investing Room sekarang juga

Market Intelligent: Danny Ramadhan & Isna Fauziah
Editor: Novi DA

Social Share