Close

Cara Menggunakan Enterprise Value (EV) untuk Membandingkan Kualitas Perusahaan dengan Perusahaan Lain

Sebelumnya, kita sudah pernah membahas perbedaan industri dan sektor. Di dalam sektor, tentunya masih terdapat banyak industri dan berbagai perusahaan di dalamnya. Kemudian, bagaimana seorang investor bisa mengetahui mana perusahaan yang memiliki kualitas yang baik di antara berbagai perusahaan yang ada?

Salah satu cara untuk mengetahui mana perusahaan yang memiliki kualitas yang baik adalah dengan menggunakan Enterprise Value (EV). EV merupakan sebuah indikator nilai kualitas suatu perusahaan secara keseluruhan. Pada dasarnya, EV merupakan sebuah modifikasi dari kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar digunakan untuk menghitung seberapa besar harga yang harus kita bayarkan untuk membeli suatu perusahaan. Ketika mengukur sebuah perusahaan, investor akan lebih tepat menggunakan nilai EV untuk mendapatkan nilai riil perusahaan jika dibandingkan dengan menggunakan kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar tidak mencerminkan nilai perusahaan dengan baik, karena akan mengabaikan hal-hal penting seperti utang dan cadangan kas perusahaan.

Baca Juga: Perbedaan Industri & Sektor

Perhitungan Enterprise Value

EV = Utang + Kapitalisasi pasar – Kas dan Setara Kas

Kapitalisasi Pasar = Harga Saham x Jumlah Saham yang Beredar

Misalkan sebuah perusahaan memiliki 10 juta saham, setiap saham memiliki harga jual Rp 250, maka kapitalisasi pasar perusahaan adalah Rp 2,5 miliar. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang harus kita bayarkan untuk membeli 100% kepemilikan perusahaan tersebut. Karena itu, kapitalisasi pasar suatu perusahaan sebenarnya hanya mewakili harga perusahaan bukan nilai perusahaan.

Peran dari Utang dan Kas

Mengapa utang dan kas dipertimbangkan dalam nilai perusahaan? Jika perusahaan terjual kepada pemilik baru, pembeli harus membayar nilai ekuitasnya dan juga harus membayar kembali utang perusahaan. Tentu saja, pembeli juga dapat mengambil uang yang tersedia di perusahaan. Misalkan terdapat dua perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang sama. Satu perusahaan tidak memiliki utang dan satunya lagi memiliki utang yang banyak. Perusahaan yang memiliki utang akan melakukan pembayaran bunga setiap tahun. Jadi walaupun kedua perusahaan tersebut memiliki kapitalisasi pasar yang sama, maka akan lebih mahal jika pembeli ingin membeli perusahaan yang memiliki banyak utang.

Dengan cara yang sama, misalkan terdapat dua perusahaan A dan B yang memiliki kapitalisasi pasar sama yaitu sebesar Rp 250 miliar dan tidak memiliki utang. Perusahaan A mengabaikan kepemilikan uang tunai dan setara kas. Kemudian perusahaan B memiliki uang tunai Rp 250 miliar. Maka dari itu, perusahaan A akan memiliki EV Rp 250 miliar, sedangkan EV perusahaan B adalah Rp 500 miliar.

Baca juga: Basic FA 102: Membedah ROE dengan Analisis DuPont

Kemudian, misalkan perusahaan dengan kapitalisasi pasar Rp 250 miliar memiliki utang jangka panjang Rp 150 miliar, maka pengakuisisi akhirnya akan membayar lebih dari Rp 250 miliar untuk membeli perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan jika perusahaan memiliki utang Rp 150 miliar, maka total harga akuisisi akan menjadi Rp 400 miliar. Dapat disimpulkan bahwa utang akan meningkatkan harga pengakuisisian perusahaan, sedangkan saldo uang tunai dalam perusahaan akan menurunkan harga pengakuisisian perusahaan.

Contoh Kasus $TLKM dan $FREN

Misalnya di sektor infrastruktur yang didalamnya ada industri telekomunikasi. Kemudian kita ingin membandingkan 2 perusahaan yang ada di dalam industri telekomunikasi seperti PT Smartfren Tbk ($FREN) dan PT Telekomunikasi Indonesia ($TLKM).

Nah mana yang paling berkualitas diantara keduanya jika dilihat dari EV-nya?

Saat ini saham $FREN di harga Rp 165 dan memiliki kapitalisasi pasar Rp 31,87 triliun. Namun, neraca $FREN dibebani utang bersih hampir Rp 13,99 triliun. Jadi, EV $FREN sebesar Rp 45,86 triliun. Kemudian, saham $TLKM memiliki harga per saham Rp 4190 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 415,07 triliun. Tetapi $TLKM memiliki utang yang jauh lebih besar yaitu sebesar Rp 107,35 triliun, sehingga EV $TLKM sebesar Rp 524,42 triliun. Kesimpulannya, kapitalisasi pasar $TLKM lebih besar dibandingkan kapitalisasi pasar $FREN. Kemudian jika dihitung EVnya, nilai EV dari $TLKM juga lebih besar dari $FREN.

Bottom Line

Nilai EV memiliki kemampuan untuk membandingkan kualitas perusahaan dengan struktur modal yang berbeda. Dengan menggunakan EV kita dapat melihat nilai suatu perusahaan lebih baik. Investor akan mendapat pengetahuan yang lebih akurat mengenai apakah perusahaan benar-benar dinilai terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Anda tidak memiliki waktu dan kemampuan menganalisa fundamental tiap perusahaan?
Join Private Investing Room (PIR) untuk mendapatkan rekomendasi dan panduan investasi saham. Anda juga dapat berkonsultasi mengenai portofolio dan proyeksi saham yang saat ini sedang anda investasikan.

Daftar sekarang
Link registrasi :
yefadvisor.com/register

Market Educator: Maharani Dyah Wulandari
Editor: Mutik Dian Prabaning Tyas

Sumber:
Laporan Keuangan
investopedia.com

Social Share