Close

Mengenal Purchasing Managers Index (PMI) Manufacturing Indonesia

Dalam rilis terbaru yang dilakukan oleh IHS Markit pada awal bulan Mei 2020 ini, nilai PMI manufaktur Indonesia anjlok dan membukukan nilai terendah sepanjang sejarah survei PMI manufaktur dijalankan. IHS Markit mengumumkan bahwa nilai PMI manufaktur Indonesia pada bulan April adalah sebesar 27,5 atau mengalami kontraksi. Angka ini turun cukup drastis jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 45,3. Bahkan untuk kawasan ASEAN sendiri, nilai PMI manufaktur Indonesia yang berada pada level 27,5 ini menjadi yang paling rendah diantara negara-negara tetangga lainnya. Hal ini tentunya bisa menjadi sinyalemen bagi kinerja emiten-emiten yang bergerak pada sektor manufaktur.

Nah, sebelum membahas lebih lanjut mungkin banyak yang bertanya apa itu pengertian PMI manufaktur ini?

Purchasing Managers Index atau PMI merupakan sebuah leading indicator bagi kegiatan perokonomian suatu negara yang dibuat melalui tahapan survei terhadap para purchasing manager berbagai sektor bisnis yang ada. Nah, angka PMI ini sendiri bisa mengindikasikan seberapa optimis pelaku sektor bisnis terhadap kondisi perekonomian kedepannya. Biasanya indeks yang sering dijadikan perhatian baik bagi para investor maupun analis adalah untuk sektor manufaktur yang biasa disebut PMI manufaktur.

Baca Lagi: PMI Manufaktur Naik, Tapi Belum Aman

Pembacaan nilai PMI manufaktur sendiri sangatlah sederhana. Nilai yang dijadikan acuan untuk indeks ini adalah 50. Contohnya apabila nilai PMI manufaktur Indonesia di atas 50, maka dapat dikatakan bahwa sektor manufaktur di Indonesia sedang mengalami ekspansi atau pertumbuhan. Sedangkan sebaliknya, apabila nilai PMI manufaktur Indonesia berada di bawah 50, maka dapat dikatakan bahwa sektor manufaktur di Indonesia sedang mengalami kontraksi atau perlambatan.

Penurunan PMI manufaktur yang terjadi saat ini dapat mengindikasikan bahwa tingkat permintaan konsumen yang melemah sebagai akibat dari pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Faktor lainnya yang menyebabkan melesunya sektor manufaktur dalam negeri adalah kebijakan beberapa emiten untuk melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan. Implikasinya banyak terjadi penutupan pabrik, penurunan output, serta anjloknya permintaan yang akhirnya membuat sektor manufaktur menjadi lesu.

Kemudian bagaimana dampaknya bagi emiten manufaktur?

Selengkapnya: Dampak Anjloknya PMI Manufaktur Indonesia Bagi Emiten

Eksklusif untuk member Private Investing Room Reguler (PIR) dan Syariah (PIRS)

Selain mendapatkan riset investasi eksklusif di atas, Member Private Investing Room Reguler (PIR) dan Syariah (PIRS) juga akan mendapatkan rekomendasi saham-saham layak investasi lengkap dengan instruksi akumulasi distribusi serta konsultasi portofolio investasi.

Daftar sekarang
Link registrasi :
yefadvisor.com/register

Market Intelligent: Danny Ramadhan
Editor: Avicenna JM
Graphic Designer: Hayu Winursita Linuhung

Social Share