Close

Mengenal Right Issue

Ekonomi global melambat akibat adanya pandemi COVID-19. Hampir seluruh negara memacu perekonomiannya sendiri ditengah ketidakpastian kondisi perekonomian internasional. Seperti halnya negara, perusahaan mengalami kesulitan untuk melanjutkan keberlangsungan perusahaan karena perputaran ekonomi yang lambat. Seperti yang dilakukan Bank Bukopin ($BBKP) pada Maret 2020 yang berencana menerbitkan right issue sebagai hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 24 Oktober 2020 dengan penawaran sebanyak-banyaknya sebesar 4,66 miliar saham kelas B atau 40% dari jumlah saham yang beredar dengan nilai nominal Rp 100/lembar. Kemungkinan dana segar yang akan didapatkan $BBKP dalam penawaran ini sebesar Rp 839 miliar. Penerbitan right issue akan digunakan $BBKP untuk melakukan ekspansi bisnis, peningkatan kualitas aset, dan modal kerja.

Lalu, apa itu Right Issue?

Salah satu  strategi bagi emiten terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan penerbitan saham perdana atau sering disebut Initial Public Offering (IPO) adalah kembali menerbitkan saham baru. Investor lama akan mendapatkan undangan khusus terlebih dahulu untuk dapat membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten untuk menambah saham yang telah dimiliki dengan discount price. Hal tersebut dinamakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue.

Pemegang saham lama akan diprioritaskan untuk membeli terlebih dahulu penawaran ini sebelum ditawarkan ke umum. Kategori pemegang saham lama yang memiliki right untuk dapat membeli saham baru merupakan investor yang telah membeli saham sebelum cum right. Penjadwalan ini akan diinformasikan bersamaan dengan pengumuman proses right issue oleh emiten.

Right Issue sendiri merupakan salah satu upaya meningkatkan modal yang disetor suatu emiten. Peningkatan modal ini biasanya digunakan untuk kebutuhan ekspansi, pembayaran utang, atau kombinasi keduanya. Investor lama akan ditawarkan dengan rasio seperti 1:2, yang berarti setiap pemegang satu lembar saham lama akan berkesempatan untuk dapat memperoleh dua saham baru.

Yang perlu diingat adalah right issue bukan merupakan kewajiban, melainkan hanya bersifat sebagai Hak. Jadi, anda dapat memilih untuk menolak atau menerima tawaran untuk menebus saham baru tersebut. Apabila investor lama menolak, maka akan ditawarkan kepada investor umum atau standby buyer. Right issue menjadi menarik karena harga yang ditawarkan biasanya lebih rendah atau setidaknya sama dengan harga saham saat ini. Sehingga, para investor akan dengan mudah tertarik dengan penawaran ini.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sepanjang Januari-Mei 2020, terdapat lima emitan yang akan menerbitkan right issue yaitu PT Bank IBK Indonesia ($AGRS), PT Bank Yudha Bhakti Tbk ($BBYB), PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk ($MCOR), PT Bank Artos Indonesia Tbk ($ARTO), dan PT Cita Mineral Investindo ($CITA). Hal ini menurun dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Tahun lalu, KSEI mencatat terdapat 12 emiten yang menerbitkan right issue pada periode Januari-Mei.

Bagi emiten, penerbitan right issue merupakan cara tercepat dan efektif untuk meningkatkan modal. Dengan penerbitan right issue akan memberikan tambahan kepercayaan pada pemegang saham. Penerbitan right issue juga akan memberikan sentimen positif kepada saham karena harga yang diberikan cukup murah bila dibandingkan pasaran. Akan tetapi, sebagai investor kita harus jeli dalam melihat kondisi ini.

Sebagai investor kita harus melihat penggunaan dari right issue. Emiten dengan beban keuangan seperti utang tidak akan melakukan peminjaman utang lagi ke bank atau dengan mengeluarkan obligasi. Oleh karena itu, right issue menjadi salah satu solusi dengan menambah kepemilikan perusahaan. Kasus ini terjadi pada right issue oleh PT Lippo Karawaci Tbk ($LPKR) tahun lalu. Penerbitan right issue dilakukan oleh $LPKR untuk mengurangi beban finansial sebesar Rp 11,2 triliun, menyelesaikan proyek Meikarta dan penentuan strategi baru. Penerbitan right issue tidak akan serta merta menyelesaikan perbaikan neraca keuangan emiten, hal ini tentu akan menjadi sebuah permasalahan baru.

Akan tetapi, tidak semua emiten akan melakukan right issue untuk menyelamatkan kondisi keuangannya. Bisa jadi emiten mengeluarkan right issue untuk pendanaan dalam ekspansi bisnis yang akan dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh $JPFA tahun ini. $JPFA yang akan menerbitkan right issue 30% dari saham yang telah disetor pada IPO. Dengan penerbitan right issue dan kondisi operasional $JPFA, investor dapat melihat sebuah langkah yang menarik oleh $JPFA dalam melakukan ekspansi bisnisnya.

Baca lagi: Indonesia di Jurang Resesi dan Dampaknya Untuk Pasar Saham Indonesia

Kesimpulan

Pada dasarnya right issue menarik investor untuk kembali menanamkan dananya ke emiten terkait melihat harga diskon dari saham yang ditawarkan. Akan tetapi sebagai investor yang cerdas kita harus menyadari bahwa tambahan modal yang diperoleh melalui right issue pun belum tentu bisa membuat perusahaan menuju arah yang lebih baik. Investor harus memastikan tujuan dalam penggunaan dana yang didapatkan dari right issue sebelum kita menerima tawaran dari emiten. Selain tujuan, kita juga harus menilik fundamental emiten lebih lanjut sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan pembelian.

Untuk berdiskusi dan bertanya seputar saham-saham layak investasi dan  berfundamental baik anda dapat, menghubungi kami melalui Telegram dan WhatsApp.

Investasi bersama YEF dengan Join Private Investing Room, dapatkan rekomendasi saham layak investasi lengkap dengan investing plan, panduan akumulasi sampai distribsusi dan juga dapat berkonsultasi dengan tim advisor untuk memperbaiki portofolio atau merancang rencana investasi

Join Private Investing Room sekarang juga

Market Intelligent: Akhsan Salafudin dan Isna Fauziah
Editor: Novi DA

Social Share