Close

Tips Investasi Di Kala Ancaman Resesi Datang

Berikut adalah strategi investasi dari kami jika terjadi krisis ekonomi. Untuk mendapatkan manfaat artikel ini baca dengan baik dari awal sampai habis.

Apa itu Resesi Ekonomi?

Krisis ekonomi atau resesi ekonomi adalah kondisi ketika ekonomi suatu negara tidak bertumbuh atau memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif paling tidak selama 2 kuartal dalam setahun. Indonesia pernah mengalami resesi ekonomi pada tahun 1998. Ketika itu, ekonomi Indonesia anjlok sebesar -13.13% dan mayoritas sektor swasta tidak mampu membayar kewajiban utangnya.

Kemudian pada tahun 2008, Indonesia pernah mengalami kelesuan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi melambat dari tahun sebelumnya. Saat itu, IHSG turun drastis dan banyak membuat investor-investor trauma untuk berinvestasi lagi. Kejatuhan pasar saham dalam negeri dipicu oleh krisis ekonomi global, yang diakibatkan oleh resesi yang terjadi di AS menghambat perekonomian global secara menyeluruh.

Banyak lembaga riset internasional seperti Fitch Ratings, yang mengatakan jika pada tahun 2020 mendatang diprediksi akan terjadi lagi resesi ekonomi akibat perang dagang. Meskipun belum terjadi, hal ini harus diwaspadai oleh para investor minimal dari sekarang.

Tips dalam menghadapi krisis ekonomi

Pelemahan kondisi ekonomi tidak bisa terhindarkan dan biasa terjadi dalam sistem perekonomian suatu negara. Keberhasilan investasi di tengah krisis sangat ditentukan oleh penerapan strategi investasi yang disiplin. Oleh karena itu, untuk menghadapi krisis ekonomi simak beberapa tips bagi investor berikut ini:

  1. Sesuaikan Profil Risiko

    Setiap orang tentu memiliki preferensi risiko yang berbeda. Sebagian investor merasa lebih puas apabila menempatkan sebagian besar asetnya pada instrumen yang berisiko. Sementara itu, ada pula investor yang lebih memilih untuk menghindari risiko. Tidak ada yang benar ataupun salah, karena setiap orang tentu punya karakter berbeda. Ketika tanda-tanda krisis ekonomi mulai terlihat, profil risiko yang kita miliki penting untuk disesuaikan. Penyesuaian risiko dan alokasi pada investasi yang risikonya rendah perlu dilakukan untuk menghindari potensi kerugian, sebab pasar tidak bisa dikontrol ketika terjadi krisis.

    Tetapi, bukan berarti anda harus menarik dana investasi saham seluruhnya untuk menghilangkan risiko. Investor yang cerdas tidak akan menarik diri dari pasar bahkan ketika terjadi krisis, sebab investor yang cerdas selalu bisa melihat potensi investasi yang tidak disadari oleh banyak orang.
  2. Diversifikasi

    Mendiversifikasi portofolio adalah sebuah strategi untuk menyebar bauran risiko dengan mengombinasikan beberapa saham yang memiliki industri dan sektor berbeda. Hal ini diperlukan untuk menghindari kerugian yang besar dari pergerakan saham yang searah. Sehingga kita dapat mengurangi risiko kerugian ketika salah satu sektor mengalami penurunan, karena bisa diimbangi oleh sektor lain yang mengalami kenaikan.

    Diversifikasi adalah langkah proteksi yang paling efektif dalam menghadapi kondisi pasar yang sulit dikontrol ketika krisis terjadi.
  3. Fundamental Kuat adalah Prioritas

    Dalam kondisi ekonomi yang stabil, mungkin kita punya pengalaman investasi di perusahaan yang memiliki fundamental buruk. Hal itu dilakukan dengan harapan harga sahamnya akan meningkat secara tidak rasional karena isu yang beredar di pasar atau berbagai faktor lain di luar kinerja keuangan perusahaan atau bahasa kasarnya “digoreng”.

    Saat tanda resesi mulai terjadi, kita wajib menghindari perilaku investasi seperti ini. Kita perlu menempatkan investasi pada perusahaan yang memiliki fundamental yang kokoh dan teruji kuat menghadapi krisis.

    Sederhananya, ketika badai akan datang, tempat tinggal yang dibangun tanpa pondasi yang kuat tentu akan jauh lebih cepat hancur dibandingkan tempat tinggal yang memiliki pondasi bangunan yang kokoh. Demikian juga dengan investasi, investor yang cerdas perlu mempersiapkan diri dalam membangun pondasi yang kuat sebelum badai datang.

    Investasi harus ditempatkan pada perusahaan yang punya kinerja keuangan yang kuat dan berada di sektor yang masih bisa tumbuh.
  4. Timing is the key

    Kita tidak perlu buru-buru keluar market ketika krisis terjadi. Sebagai seorang investor, kita hanya perlu mengurangi jumlah investasi sementara waktu. Karena kita harus masuk kembali dan meningkatkan jumlah investasi kita pada waktu yang tepat. Ketika krisis terjadi bukan berarti dana investasi saham harus ditarik seluruhnya untuk menghilangkan risiko. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, seorang investor yang cerdas tidak akan menarik diri dari pasar bahkan ketika terjadi krisis dan selalu mampu melihat potensi investasi yang tidak disadari oleh banyak orang.

Itulah tips dari kami mengenai investasi, dalam menghadapi krisis dan resesi ekonomi.

Semoga bermanfaat,

Market Intelligent: Mahmudi Islamudin
Editor: Muhammad Avicenna Jauhar Maknun

Untuk mengetahui apa saja saham yang layak investasi serta panduan bagaimana investasi yang baik dan benar,

Join Private Investing Room Reguler (PIR) dan Private Investing Room Syariah (PIRS)

Daftar disini

Informasi ketiga layanan kami selengkapnya, dapat anda lihat di menu Layanan

Social Share