Close

China Membuat Cemas Investor Batubara

China sebagai konsumen batubara terbesar di dunia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga batubara global. Apabila permintaan China terhadap batubara turun tentunya akan berdampak lesunya harga batubara.

Penurunan permintaan ini disebabkan oleh transisi energi yang berhasil mereka percepat. Salah satunya pulihnya Pembangkit Listrik Tenaga Air Terbesar di China yang membuat permintaan batubara semakin berkurang.

Src: South China Morning Post

Musim panas tahun ini membawa curah hujan yang luar biasa di Tiongkok, setelah beberapa tahun mengalami kekeringan. Hujan deras yang melanda negara tersebut hingga menyebabkan banjir dibeberapa wilayah. Namun di balik bencana ini terdapat sisi positif. Sistem pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia, yang telah siaga sejak akhir 2022 karena kekeringan yang disebabkan oleh siklus iklim La Nina, kini kembali aktif. Hujan deras yang mengguyur dalam beberapa bulan terakhir telah mengaktifkan kembali mesin raksasa tersebut.

Dalam tiga bulan hingga Juli 2024, produksi listrik meningkat 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara pasokan listrik dari pembangkit termal (Batubara) justru mengalami penurunan sebesar 5,1%. Penurunan ini sebagian besar berkat kontribusi besar sektor tenaga air yang pulih. China mendapatkan hampir setengah dari tenaga listriknya dari bendungan-bendungan besar, hampir setara dengan gabungan Amerika Utara dan Selatan. Selain air, Tenaga angin dan surya juga dibangun dengan kecepatan tinggi, dan berhasil mengcover sekitar setengah dari pertumbuhan permintaan, sekitar 200 TWh.

Lalu Bagaimana potensi harga batubara ditengah turunnya permintaan?

Social Share