Dunia dihebohkan dengan anjloknya harga minyak dunia yang menyentuh harga minus. Dalam perdagangan pada hari Senin 20 April 2020 kemarin, harga minyak mentah berjangka acuan West Texas Intermediate (WTI) anjlok hingga minus US$37 per barel. Angka ini merupakan yang terendah dalam sejarah perdagangan minyak mentah berjangka ini semenjak 1983 silam dan untuk pertama kalinya mengalami harga minus. Harga minyak yang menyentuh angka minus ini sendiri merupakan harga minyak untuk kontrak pengiriman di bulan Mei 2020 mendatang.
Lalu mungkin banyak yang bertanya kenapa harga minus minyak dunia bisa terjadi dan apa artinya?
Terjadinya penurunan harga minyak sampai dengan harga minus dikarenakan adanya kelebihan pasokan minyak mentah jenis WTI, yang diikuti oleh penurunan permintaan dipasar. Penurunan permintaan sebagai dampak dari pandemi virus Corona, yang menyebabkan kebijakan lockdown di beberapa negara sehingga aktivitas mayoritas populasi di dunia menjadi berkurang. Dampaknya, produsen minyak berlomba-lomba menjual pasokannya dengan cara menawarkan akan membayar pembeli yang mau membeli minyaknya. Hal ini dilakukan penjual karena tangki-tangki penyimpanan untuk minyak mentah tersebut sudah sangat penuh sehingga sudah tidak dapat menampung lagi, ditambah biaya penyimpanan yang mahal juga menjadi salah satu faktor pemicunya.
Baca Juga: Mengenal Risiko Pasar
Lalu apa sebenarnya arti harga minus ini? Artinya adalah ketika harga menyentuh minus US$37 perbarel, maka setiap pembeli yang membeli satu barel minyak mentah akan diberikan bayaran oleh si penjual sebesar US$37. Hal ini dilakukan produsen karena langkah pemberian bayaran kepada pembeli ini jauh lebih murah, dibanding harus mengeluarkan biaya untuk menutup produksi lantaran penuhnya tangki-tangki penyimpanan.
Selain faktor utama pandemi virus corona, faktor lain yang memperparah hal ini adalah perang dagang Arab Saudi dan Rusia yang berlarut-larut. Walaupun sebenarnya baru-baru ini mereka telah menemukan kata sepakat untuk memangkas volume produksi minyak mentah hingga 9,7 juta barel per hari sebagai mitigasi anjloknya harga minyak, namun ternyata keputusan tersebut tetap tidak bisa mengimbangi penurunan permintaan dan anjloknya harga minyak mentah dunia. Turunnya harga minyak mentah ini juga bisa menjadi indikasi, bahwa kondisi perekonomian global belum terlihat akan mengalami perbaikan dalam waktu dekat ini.
Akibat anjloknya harga minyak dunia, bagaimana keputusan di beberapa negara luar?
Pemerintah Amerika Serikat berencana untuk memanfaatkan anjloknya minyak dunia ini untuk membeli 75 juta barel minyak mentah dunia, yang nantinya akan dijadikan cadangan strategis nasional negara adidaya tersebut. Keputusan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah AS untuk mengisi penuh cadangan minyak mereka sejak bulan Maret lalu. Rencananya, cadangan minyak ini digunakan untuk kondisi-kondisi darurat seperti contohnya ketika terjadi Badai Katrina di tahun 2015 silam serta keadaan memaksa lainnya.
Baca Juga: Mengenal Probability of Default dan Kegunaannya Bagi Investor
Dampak lain dari anjloknya harga minyak ini juga menyebabkan negara tetangga, Malaysia menurunkan harga BBM mereka. Pada bulan Maret harga BBM di Malaysia masih ada dikisaran RM 2,08 per liter, namun selalu mengalami penurunan tiap minggunya hingga terkini harga minyak di sana sudah berada di level RM 1,2 per liter atau jika di-rupiahkan sebesar Rp 4500an.
Kebijakan yang sama juga diambil oleh Vietnam, yang telah memangkas harga BBM-nya sebagai akibat anjloknya harga minyak mentah dunia. Penurunan bahkan sudah dilakukan sejak Januari silam dan kini harga BBM di Vietnam berkisar VND 12.000 atau sekitar Rp 8100.
Bagaimana dengan Indonesia?
Banyak desakan dari dalam negeri agar pemerintah menetapkan kebijakan penurunan harga BBM untuk meringkan beban masyarakat terutama karena perekonomian terganggu akibat pandemi corona. Namun, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Pertamina sendiri juga perlu mempertimbangkan beberapa hal sebelum menurunkan penurunan harga BBM. Hal ini juga harus mengimbangi produksi minyak mentah dalam negeri yang biaya produksinya tidak sedikit, dan juga tetap harus menggaji karyawan-karyawan di tengah situasi krisis ini. Namun, potensi penurunan BBM di Indonesia juga tetap sangat besar dan kemungkinan dapat dilihat pada bulan Mei mendatang. Dimana hingga saat ini pemerintah juga masih memantau kondisi pasar, dan tentunya akan melakukan evaluasi harga.
Kesimpulan
Penurunan harga minyak dunia hingga berada di level minus diakibatkan karena terjadinya kelebihan pasokan, sehingga penjual tidak mampu lagi menampung minyak tersebut di tangki-tangki penampungan. Dengan adanya penurunan harga minyak dunia ini, berpotensi untuk menyebabkan penurunan harga BBM di Indonesia sebagaimana yang telah terjadi di beberapa negara lainnya. Selain itu, penurunan hingga minus ini mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian global tidak akan membaik dalam waktu dekat. Potensi ini juga juga tercermin pada perdagangan saham, dimana IHSG kemungkinan belum bisa kembali ke posisi awalnya di 6000an, sebelum krisis pandemi Corona ini berakhir.
Lalu, emiten apa yang akan di untungkan oleh penurunan harga minyak?
Selengkapnya: Emiten-Emiten Terdampak Harga Minyak
Eksklusif untuk member Private Investing Room Reguler (PIR) dan Syariah (PIRS)
Untuk member PIR dan PIRS yang ingin berkonsultasi dan menanyakan pertanyaan mengenai saham layak investasi yang berfundamental baik, silakan hubungi kami melalui Telegram dan WhatsApp.
Belum jadi member PIR / PIRS?
Selain mendapatkan riset investasi eksklusif di atas, Member Private Investing Room Reguler (PIR) atau Syariah (PIRS) juga akan mendapatkan rekomendasi saham-saham layak investasi lengkap dengan instruksi akumulasi distribusi serta konsultasi portofolio investasi.
Daftar sekarang
Link registrasi : yefadvisor.com/register
Market Intelligent: Danny Ramadhan
Editor: Avicenna JM
Graphic Designer: Hayu Winursita Linuhung