Setelah pada artikel sebelumnya kami membahas mengenai emiten-emiten indeks JII yang membukukan kinerja paling cemerlang sepanjang kuartal pertama 2020, kali ini kami akan membahas emiten indeks JII yang kinerjanya paling buruk disepanjang kuartal pertama ini. Memang hingga bulan Juni ini, hampir semua emiten telah mengeluarkan laporan keuangan mereka dan beberapa emiten membukukan kinerja yang kurang memuaskan karena mengalami penurunan.
Dengan melihat bagaimana kinerja emiten indeks JII pada kuartal pertama ini, investor dapat melakukan evaluasi terhadap portofolio mereka dan menilai apakah masih layak melakukan investasi pada suatu emiten atau tidak.
Emiten apa saja yang membukukan kinerja kurang memuaskan sepanjang kuartal pertama 2020 ini?
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa emiten yang membukukan penurunan revenue terbesar sepanjang kuartal pertama 2020 ini adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau $WIKA. Emiten konstruksi bangunan ini mengalami penurunan revenue menjadi 4,2 triliun rupiah dari yang sebelumnya 6,5 triliun rupiah atau turun sebesar 35,4%. Begitupun dengan net income yang turun sebesar 55,4% menjadi hanya 152 miliar rupiah di kuartal pertama ini.
Penyebab penurunan kinerja didorong oleh perlambatan serta penurunan jumlah proyek yang didapatkan perseroan. Sepanjang kuartal pertama, terjadi penurunan kontrak baru sebesar 77% menjadi hanya 2,5 triliun rupiah. Hal ini menjadi salah satu akibat pandemi COVID-19 yang mulai merebak di Indonesia sejak bulan Maret dan penurunan ini belum menggambarkan keseluruhan potensi penurunan yang kemungkinan terjadi pada kuartal kedua nanti. Selain itu, adanya peningkatan beban umum dan administrasi sebesar 13,3% menjadi 192 miliar rupiah juga semakin membuat kinerja keuangan $WIKA tertekan.
Selanjutnya ada PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau $PTPP, emiten yang juga bergerak di sektor konstruksi bangunan ini membukukan penurunan revenue sebesar 31,4% menjadi 3,4 triliun rupiah dari yang sebelumnya 4,9 triliun rupiah di kuartal pertama 2019. Penurunan juga terjadi pada bottom line $PTPP, dimana net income sepanjang kuartal pertama 2020 turun sebesar 89,4% menjadi hanya 25 miliar rupiah.
Penyebabnya, terdapat penurunan kinerja lini bisnis jasa konstruksi yang cukup signifikan hingga 31,2% menjadi hanya 2,7 triliun rupiah. Selain itu lini engineering procurement construction (EPC) juga mengalami penurunan yang signifikan sebesar 57% menjadi 194 miliar rupiah yang berimbas pada penurunan kinerja keuangan $PTPP di kuartal pertama 2020.
Kemudian yang ketiga adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk atau $TPIA, penurunan revenue yang dibukukan emiten ini memang tidak terlalu besar atau hanya sebesar 0,8% menjadi 7,8 triliun rupiah dibanding periode yang sama tahun 2019 yang berhasil membukukan revenue sebesar 7,86 triliun rupiah. Namun, kinerja net income $TPIA mengalami rugi bersih sebesar 286 miliar rupiah atau mengalami penurunan net income sebesar 214,2%.
Penyebab penurunan ini adalah penurunan harga jual produk seperti Naphta menjadi rata-rata US$521/MT dibanding kuartal pertama 2019 yang dapat mencapai US$533/MT. Selain itu terjadinya penurunan permintaan dari pasar domestik hingga -10% dan pasar impor hingga -22,5%, terutama permintaan dari China sebagai akibat kebijakan lockdown juga semakin memberikan tekanan bagi kinerja keuangan $TPIA sepanjang kuartal pertama 2020.
Meskipun membukukan kinerja keuangan yang mengecewakan, apakah diantara emiten indeks JII di atas masih layak untuk investasi?
Eksklusif untuk member Private Investing Room Syariah (PIRS)
Selain mendapatkan riset investasi eksklusif di atas, Member Private Investing Room Syariah (PIRS) juga akan mendapatkan rekomendasi saham-saham Syariah layak investasi lengkap dengan instruksi akumulasi distribusi tiap hari, serta konsultasi portofolio investasi.
Daftar sekarang
Link registrasi : yefadvisor.com/register
Market Intelligent: Danny Ramadhan
Editor: Novi DA