Korupsi sepertinya sudah sangat melekat dengan pemerintah terutama di kementrian. Awal tahun publik dikejutkan oleh gagal bayar pada Jiwasraya yang berakhir dengan kasus korupsi. Pertengahan tahun ini, publik kembali dikejutkan atas kasus korupsi yang terjadi pada kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atas proyek fiktif di PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan bahwa kasus ini menyebabkan kerugian yang cukup besar pada negara. Hasil identifikasi KPK mengindikasikan terdapat 14 proyek fiktif yang berakhir pada 2015. Kasus ini menyebabkan beberapa emiten konstruksi plat merah mengalami penurunan harga pada Juli lalu. Terutama pada anak perusahaan WSKT, karena melibatkan Direktur Utama Waskita Beton Precast.
Baca lagi: Emiten LQ45 Mendapatkan Berkah WFH
Pada 20 September 2016, Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) melakukan IPO. Setelah direktur tersenggol isu korupsi , saham WSBP terus mengalami penurunan hingga pada level Rp 169 lembar dan telah mengalami koreksi hingga 135 poin atau 43,75% YTD pada penutupan perdagangan 12 Agustus 2020.
Dalam penjelasan atas pemberitaan media massa oleh manajemen WSBP, kasus yang menimpa Dirutnya ini terjadi ketika menjabat di WSKT. Sehingga dapat dipastikan tidak akan mempengaruhi operasional WSBP. Meskipun demikian, WSBP tercatat terkena suspend atau penghentian sementara perdagangan pada 30 Juli 2020. WSBP sempat terkena suspensi berkaitan dengan pembayaran kupon obligasi. Penundaan pembayaran bunga obligasi disebabkan oleh adanya kendala teknis saat pengiriman dana kepada KSEI bukan karena tidak mampu membayar kewajiban. Pembayaran bunga obligasi terkendala teknis saat pengiriman ke rekening KSEI pada 29 Juli 2020, sehingga baru dapat dibagikan secara efektif ke rekening investor pada 30 Juli 2020. WSBP kembali diperdagangankan di Bursa pada 3 Agustus 2020.
Timbul pertanyaan besar bagi investor yang sudah hold saham ini sejak IPO, seburuk apa kinerja fundamental sehingga menyebabkan penurunan harga saham yang signifikan.
Setelah menjadi perusahaan publik, WSBP terus membukukan pertumbuhan pendapatan yang positif. Akan tetapi, pada 2019 lalu, pertumbuhan pendapatan emiten beton ini mengalami penurunan hingga -6,66% YoY dari Rp8 triliun menjadi Rp7,4 triliun. Menurunnya pendapatan, laba bersih yang diperoleh WSBP juga menurun sebesar -26,94% dari sebelumnya Rp1.103 miliar menjadi Rp806 miliar. Pos beban pokok penjualan mengalami penurunan menjadi Rp5,9 triliun dari Rp6,1 triliun, akan tetapi, dari beban usaha mengalami kenaikan dari Rp196 miliar menjadi Rp274 miliar sehingga semakin menekan laba bersih WSBP.
Pada semester I-2020 ini kinerja keuangan pada semester I-2020 juga cukup mengecewakan. WSBP mencatatkan penurunan pendapatan sebesar -71,2% YoY dari Rp3.823 miliar menjadi Rp1.101 miliar. Pada semester I-2020 ini, WSBP hanya mampu meraih kontrak baru senilai Rp1,3 triliun dengan kontrak eksternal sebesar 67%, dan kontrak internal sebesar 33%. Meskipun mengalami kenaikan pendapatan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, akan tetapi kenaikan ini belum mampu menutupi penurunan pendapatn WSBP.
Laba bersih WSBP juga merosot tajam hingga -98,63% dari Rp377 miliar menjadi hanya Rp5 miliar. Pendapatan yang dicatatkan WSBP pada semester I-2020 ini memang jauh lebih tinggi daripada kuartal I, akan tetapi terdapat peningkatan beban sehingga laba yang didapatkan jauh lebih kecil. Terdapat kenaikan beban keuangan menjadi Rp96 miliar dari kuartal sebelumnya hanya sebesar Rp30 miliar.
Setelah laporan kinerja yang buruk pada semester apakah membuat fundamental saham WSBP menjadi semakin buruk?
Selanjutnya kami akan membedah fundamental dan kelayakan investasi saham WSBP
Simak selengkapnya: Kinerja WSBP Sepanjang Tahun 2020
Selain mendapatkan riset investasi eksklusif di atas, Member Private Investing Room Reguler (PIR) dan Syariah (PIRS) juga akan mendapatkan rekomendasi saham-saham layak investasi lengkap dengan instruksi akumulasi distribusi serta konsultasi portofolio investasi.
Belum jadi member PIR atau PIRS?
Registrasi sekarang dan manfaatkan Promo 2nd Anniversary untuk Paket 12 Bulan Diskon 50% untuk layanan Investing Room Reguler (PIR)
Market Intelligent: Isna Fauziah & Danny Ramadhan
Editor: Novi DA