Pada weekend ini, anda dan teman anda mengadakan pesta kebun bersama keluarga. Teman anda bercerita, pembukaan cabang baru toko rotinya berjalan baik. Maka dia akan membelikan sepeda baru untuk istrinya dan sepeda motor baru untuk anaknya. Sedangkan anda juga berencana melakukan liburan keluarga ke Thailand bulan depan. Dari ilustrasi tersebut, dapatkah anda melakukan analisis kondisi perekonomian saat ini?
Percakapan tersebut menunjukkan Consumer Confidence Index (CCI) positif yang mana menandakan bahwa kondisi ekonomi sedang baik. CCI mengukur seberapa optimis atau pesimis konsumen rumah tangga terhadap ekpektasi keuangan mereka, yang mana menunjukkan harapan atau persepsi masa depan akan kemampuan rumah tangga dalam melakukan konsumsi dan menabung berdasarkan sentimen kondisi perekonomian sebuah negara. Ketika konsumen rumah tangga optimis akan perekonomian, maka tingkat belanja konsumsi akan meningkat dan akan mendorong pertumbuhan perekonomian. Akan tetapi apabila pesimis terhadap kondisi ekonomi, tingkat belanja konsumsi akan berkurang yang dapat mendorong perekonomian mengalami resesi.
Perhitungan CCI dilakukan dengan survey yang dilakukan setiap bulannya pada sekitar 5000 konsumen rumah tangga yang terdiri atas lima pertanyaan utama dengan dua indeks utama, indeks kondisi saat ini dan indeks ekspektasi masa depan oleh Global Consumer Confidence Survey. Apabila perhitungan menunjukkan indeks diatas 100, hal tersebut merupakan dorongan yang positif bagi perekonomian. Akan tetapi, apabila indeks menunjukkan dibawah 100, hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat sentimen negatif berupa pesimisme terhadap harapan perekonomian yang menyebabkan rumah tangga untuk cenderung saving daripada konsumsi.
Indonesia sendiri menggunakan CCI untuk melihat kondisi harapan konsumen rumah tangga dalam rentang 6 bulan kedepan. Consumer Confidence Index Indonesia pada bulan Juni ini menunjukkan kenaikan 6 poin dari periode sebelumnya menjadi 83,8 dari 77,8. CCI pada bulan Mei kemarin juga menjadi rekor terendah CCI Indonesia selama setahun terakhir. Penyebabnya karena pandemi COVID-19 menyebabkan berbagai kebijakan seperti WFH dan PSBB yang berdampak terhadap perlambatan perekonomian dan menurunnya daya beli. Adapun kenaikan bulan Juni ini terjadi karena pelonggaran aturan PSBB di beberapa daerah dan adanya aturan new normal sehingga kegiatan usaha dan bisnis sudah mulai berjalan seperti biasa.
Data OECD menunjukkan pergerakan negatif di seluruh negara G20. CCI Indonesia sendiri telah mengalami downtrend sejak Januari 2020 dan mulai membaik di bulan Juni ini. Meskipun mengalami trend penurunan, CCI Indonesia masih bertahan diatas 100 hingga Maret dan mulai berada dibawah angka 100 pada April 2020. Downtrend yang terjadi belakangan ini lebih disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan angka pengangguran yang meningkat. Akibatnya konsumsi menurun karena adanya penurunan pendapatan dan ekspektasi pendapatan. Rumah tangga lebih mengurangi konsumsi dan memilih untuk melakukan saving.
Kesimpulan
CCI menjadi salah satu indikator perekonomian bagi beberapa industri manufaktur, bank, hingga pemerintah untuk pengambilan keputusan. Penurunan yang terus-menerus pada CCI memberikan sinyal negatif bagi industri sehingga mereka akan menurunkan targetnya atau menunda ekspansi bisnisnya. Kondisi Indonesia dengan angka CCI dibawah 100 tentu bukan pertanda baik bagi perekonomian secara umum. sebagai investor jangka panjang harus lebih berhati-hati dengan kondisi seperti saat ini.
Ingin investasi yang nyaman dan tenang?
Join Private Investing Room karena anda akan mendapatkan panduan investasi secara lengkap seperti rekomendasi saham layak investasi, panduan akumulasi sampai dengan distribusi dan anda juga dapat berkonsultasi terkait portofolio investasi anda dengan tim advisor kami yang sudah berpengalaman memandu ratusan investor saham
Market Intelligent: Danny Ramadhan & Isna Fauziah
Editor: Novi DA