Beberapa minggu ini pelaku pasar sedang memperhatikan rencana IPO Bukalapak. Banyak sekali perdebatan mengenai apakah investor perlu membeli sahamnya atau tidak, mahal atau murah valuasinya dan sebagainya. Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan pendapat kami.
Investasi di e-commerce company selalu dibayangi keberhasilan seperti kesuksesan Amazon, eBay atau Alibaba. Padahal faktanya tidak sedikit juga e-commerce yang gagal dan bahkan gulung tikar. Misalkan Mataharimall(dot)com yang gulung tikar ditahun 2018. Meskipun berada dibawah naungan Lippo Group, Mataharimall kalah bersaing dan harus menutup operasinya. Selain Mataharimall, hal yang sama pun terjadi pada Blanja.com yang merupakan startup hasil kerjasama Telkom dan eBay. Nama besar dibaliknya tidak mampu mendongkrak popularitas blanja.com hingga pada akhirnya Blanja.com resmi ditutup pada awal September 2020
Peta Persaiangan E-Commerce Indonesia, Bukalapak Tertinggal
Belajar dari kegagalan E-Commerce diatas yang banyak disebabkan oleh popularitas. Popularitas tercermin dari jumlah kunjungan. Sampai dengan kuartal 1 tahun 2021, Tokopedia dan Shopee mendominasi e-commerce yang paling banyak dikunjungi dengan masing-masing mencatatkan kunjungan sebanyak 135juta dan 127juta. Sedangkan Bukalapak yang menduduki posisi ketiga hanya mencatatkan kunjungan sebanyak 34,2juta, sangat jauh dibandingkan Tokopedia dan Shopee. Bukalapak bersaing dengan Lazada yang terpaut tipis. Data kunjungan ini menggambarkan besarnya gap popularitas antara Bukalapak dengan pemimpin e-commerce Tanah air yaitu Tokopedia dan Shopee.
Bukalapak Masih Bakar Duit!
Setelah kita mengetahui popularitas Bukalapak yang masih tertinggal jauh dari kompetitornya, sebagai investor kita perlu tahu “jeroannya” agar kita semakin mantap untuk menyimpulkan apakah IPO Bukalapak ini menarik untuk investasi atau tidak. Berikut ini adalah laporan laba rugi yang tersedia di website bukalapak
Kali ini kami hanya ingin mencermati kondisi bisnis Bukalapak yang tercermin dilaporan laba rugi diatas. Dengan data diatas dapat dianalisa apakah bisnis Bukalapak untung atau rugi dan juga tumbuh atau tidak tumbuh. Karena Untung dan tumbuh adalah syarat layak atau tidaknya untuk investasi
1) Pendapatan Bukalapak tumbuh
Sejak tahun 2018 sampai dengan Kuartal pertama tahun 2021 Bukalapak berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan. Pertumbuhan pendapatan terbesar terjadi pada tahun 2019. Pertumbuhan pendapatan masih berlanjut di kuartal pertama tahun ini. Namun sayangnya pertumbuhan ini memang didorong oleh aksi bakar duit yang tercermin tingginya beban penjualan dan pemasaran akibatnya bisa dilihat di sisi bottom line.
2. Bukalapak Masih Rugi Tapi Membaik
Meskipun pendapatan tumbuh sangat signifikan, kinerja bottom line masih berdarah-darah atau tercatat rugi bersih sampai dengan kuartal pertama tahun 2021. Seperti yang sudah kami jelaskan rugi bersih ini disebabkan oleh terus membengkaknya beban pemasaran dan administrasi. Namun berita baiknya rugi bersih ini semakin membaik ditahun 2020 dan kuartal pertama tahun ini. Membaiknya bottom line ini bisa menjadi sinyal positif Bukalapak akan menuju Break Even Point (BEP)
Lalu kapan perkiraan Bukalapak akan BEP dan bagaimana kelayakan investasi saat IPO?
Kami sudah siapkan analisa lengkapnya khusus untuk member YEF Advisor Private Investing Room Reguler dan Syariah: Analisa kelayakan investasi Bukalapak
Belum jadi member YEF Advisor
Daftar melalui Telegram @admYEF / Whatsapp 082264503734
informasi tentang PIR (disini) dan PIRS (disini)
Disclaimer on
Analisa dibuat oleh YEFTrader secara independen dengan itikad baik. Keputusan beli dan jual ada ditangan member sepenuhnya. Cermati dan analisa kembali sebelum memutuskan beli ataupun jual. Informasi diatas hanya diperuntukan member Private Trading Room. Dilarang keras menyebarluaskan info diatas tanpa seizin YEF.