Close

Mengapa Harga Minyak Belum Bullish Saat Konflik Timur Tengah Memanas?

Konflik di Timur Tengah yang sering kali diprediksi akan memicu kenaikan harga minyak global ternyata tidak menyebabkan lonjakan harga yang signifikan dalam setahun terakhir.

Harga minyak sempat mengalami kenaikan pada kuartal pertama tahun 2024 dan menyentuh level tertinggi diatas 85 (USD/Bbl) namun diawal semester 2 tahun 2024 kembali menurun kebawah 70 (USD/Bbl)!

Apa yang menyebabkan harga minyak tidak kunjung bullish?

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh dinamika produksi dari tiga negara produsen minyak terbesar dunia: Amerika Serikat, Rusia, dan Arab Saudi.

Berdasarkan grafik yang ditampilkan, produksi minyak Amerika Serikat terus mengalami peningkatan stabil sejak 2022, mencapai lebih dari 12 juta barel per hari pada 2024. Peningkatan ini disebabkan oleh kemajuan dalam teknologi ekstraksi (shale oil), yang memungkinkan Amerika Serikat untuk tetap menjadi produsen minyak terbesar di dunia.

Sementara itu, produksi minyak Rusia menunjukkan tren menurun pada 2023 hingga 2024, meskipun masih berada di kisaran 9-10 juta barel per hari. Sanksi internasional dan ketidakstabilan ekonomi dalam negeri kemungkinan menjadi faktor utama penurunan ini.

Di sisi lain, produksi Arab Saudi juga mengalami penurunan yang signifikan sejak pertengahan 2023. Sebagai anggota utama OPEC, Arab Saudi secara rutin memangkas produksi minyak untuk menjaga harga tetap stabil di pasar global. Namun, pengurangan produksi ini tidak cukup untuk mendorong kenaikan harga yang besar, karena Amerika Serikat dan produsen lainnya tetap mempertahankan pasokan yang cukup.

Dengan pasokan minyak yang terus dipertahankan oleh negara-negara ini, meskipun ada konflik di Timur Tengah, pasokan global tidak mengalami gangguan besar yang dapat menyebabkan lonjakan harga. Produksi yang tinggi dari Amerika Serikat, serta pasokan yang masih stabil dari Rusia dan Arab Saudi, telah membantu menjaga keseimbangan pasar minyak dunia.

Dari sisi supply yang meningkat tidak diimbangi peningkatan demand!

Penurunan Permintaan China Terhadap Minyak!

Permintaan minyak Tiongkok saat ini mengalami kontraksi yang kuat, turun sebesar 1,7%, atau 280.000 barel per hari, tahun-ke-tahun pada bulan Juli, sangat kontras dengan laju pertumbuhan rata-rata 9,6% pada tahun 2023. Penurunan permintaan ini disebabkan oleh salah satunya penjualan kendaraan bertenaga bahan bakar alternatif di tiongkok yang sedang berkembang pesat memangkas permintaan minyak untuk transportasi jalan raya, sementara pembangunan jaringan kereta api nasional berkecepatan tinggi yang luas menghambat pertumbuhan perjalanan udara dalam negeri. Pangsa pasar kendaraan listrik hibrid bertenaga baterai dan plug-in di Tiongkok telah tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan Juli dan Agustus, lebih dari separuh dari semua mobil yang dijual di Tiongkok adalah mobil listrik, dan sebagian besar truk baru sekarang menggunakan gas alam atau listrik. Selain itu Perlambatan investasi konstruksi di tengah kemerosotan industri real estat yang berkepanjangan juga membebani permintaan.

Kesimpulan:

Harga Minyak sangat ditentukan oleh supply & demand, sehingga selama produksi Amerika meningkat dan Permintaan Tiongkok semakin menurun harga minyak kecil kemungkinan untuk Bullish dalam waktu dekat. Konflik Timur Tengah terbukti tidak memberikan banyak dampak terhadap harga minyak!

Bagaimana proyeksi dan target price harga minyak?

Social Share