Setelah mengetahui model-model portofolio seperti yang sudah kami bahas di pembahasan sebelumnya, seorang investor harus mengetahui apa itu tier saham.
Link: https://yefadvisor.com/5-model-portofolio-saham/
Ketika ingin membangun sebuah portofolio model, pastinya kita akan mengombinasikan dari berbagai tier dengan pembobotan yang disesuaikan dengan profil risiko.
Tier yang dimaksud disini adalah pengelompokkan atau tingkatan-tingkatan saham. Tingkatan-tingkatan ini biasanya dibagi menjadi 3 tingkat yang pertama yaitu saham lapis satu, lapis dua, dan saham lapis tiga.
Banyak pemula yang tidak memperhatikan pengelompokkan ini dan salah dalam menentukan saham yang layak untuk diinvestasikan. Biasanya pemula berfikir bahwa harga saham yang nilainya kecil akan dianggap murah. Apalagi saham ini terus naik secara konsisten maka akan dianggap saham yang laris di pasaran. Padahal saham seperti ini rentan untuk dimanipulasi sedemikian rupa, dan biasanya perusahaannya pun berkinerja buruk sehingga tidak layak untuk investasi.
Baca Juga: 3 Penyebab Anjloknya Harga Saham TELE
Untuk mengetahui perbedaan saham lapis satu, dua , dan tiga dapat dilihat dari kapitalisasi pasar / market cap. Kapitalisasi pasar sendiri dihitung dari jumlah saham suatu emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dikalikan harga sahamnya. Saham lapis satu memiliki kapitalisasi pasar terbesar, kemudian disusul lapis kedua, dan terakhir lapis ketiga.
- Saham lapis satu ( Blue Chips )
Pada tingkatan pertama, ada saham lapis satu yang biasa disebut Blue Chips. Istilah ‘blue chips’ pertama kali digunakan untuk menggambarkan saham berharga tinggi pada tahun 1923 ketika Oliver Gingold, seorang karyawan di Dow Jones, mengamati perdagangan saham tertentu dengan harga $200 atau lebih per lembar pada saat itu. Pemain poker kala itu bertaruh dalam chip biru, putih, dan merah dengan chip biru memiliki nilai lebih dari kedua chip merah dan putih. Itulah awal mula saham berkapitalisasi tinggi ini dinamai blue chips.
Saham-saham dalam kategori ini merupakan saham dari emiten yang terbilang unggul dan memiliki kapitalisasi pasar yang cukup tinggi. Biasanya saham lapis satu ini berperan dalam menggerakkan IHSG dengan kapitalisasi pasarnya yang bisa mencapai lebih dari Rp 70 triliun. Saham-saham di lapis satu ini memiliki volatilitas harga yang tidak terlalu tinggi, sehingga cocok dengan portofolio defensive.
Umumnya saham lapis satu memberikan dividen yang tinggi, daripada rata-rata saham lain di BEI. Kinerja keuangannya pun relatif bagus secara kontinyu dan memiliki fundamental yang kuat, maka investor moderat akan menyukai saham blue chips ini. Namun, saham lapis satu ini rata-rata dijual dengan nominal harga yang tinggi (pengecualian tidak stock split) dan mungkin kurang terjangkau bagi investor pemula yang bermodal kecil.
Contoh saham lapis satu di bursa Indonesia antara lain yaitu $BBCA, $BBRI, $BMRI, $TLKM, dan $UNVR. - Saham lapis dua ( Second Liner )
Saham lapis dua ini memiliki kapitalisasi pasar yang lebih kecil dari pada saham blue chips. Kapitalisasi pasarnya berkisar antara Rp 20 triliun sampai Rp 70 triliun. Harga saham lapis kedua ini juga cenderung lebih fluktuatif dan cukup likuid. Secara fundamental sendiri kinerja perusahaan bisa dikatakan cukup baik, namun masih dalam tahap berkembang.
Saham yang masuk dalam kategori second liner ini diantaranya adalah $KLBF, $MYOR, dan $JSMR. - Saham lapis tiga ( Small-cap Stocks )
Disebut Small-cap Stock karena saham di lapis tiga ini memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, yaitu di bawah Rp 20 triliun. Saham lapis tiga memiliki volatilitas harga yang tinggi. Biasanya kinerja fundamentalnya juga tidak terlalu baik, namun harganya dapat melonjak tinggi dan sering dipilih oleh trader ataupun investor spekulatif. Harga saham lapis ketiga juga biasanya cukup murah daripada saham lain di BEI.
Beberapa contoh saham lapis tiga yaitu $ISAT, $BJBR, dan $GIAA.
Pada kenyataannya saham lapis satu atau blue chip pun belum tentu bagus dan saham lapis ketiga yang sering dianggap saham kacangan pun dapat naik secara spektakuler apabila perusahaannya dapat berkembang dan berkinerja baik.
Setelah bisa membedakan tiap tier saham-sahamnya, sekarang tugas investor atau trader adalah mengombinasikan antara tier satu, dua dan tiga dengan pembobotan yang sesuai dengan profil risiko masing-masing. Kombinasi terbaik akan menghasilkan investasi yang menguntungkan dan nyaman untuk dijalankan.
Apabila portofolio anda saat ini masih belum tumbuh positif atau malah merugi, mungkin kombinasi yang anda lakukan belum tepat. Tenang, kami akan bantu anda untuk memperbaikinya dengan merestrukturisasi portofolio supaya memiliki kinerja yang positif sesuai dengan tujuan investasi anda
Join Private Investing Room (PIR) dan konsultasikan portofolio anda sekarang juga. Selain itu, dapatkan rekomendasi saham-saham layak investasi, instruksi akumulasi dan distribusi, dan konten eksklusif PIR.
Daftar sekarang
Link registrasi : yefadvisor.com/register
Market Educator: Jack Darmono
Graphic Designer: Hayu Winursita Linuhung