Menurut laporan Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) yang berjudul “The Tobacco Control Atlas: Asean Region” tahun 2018, Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak di ASEAN yakni sebesar 65,19 juta orang. Angka tersebut setara dengan 34% total penduduk Indonesia tahun 2016. Melihat banyaknya jumlah perokok yang ada di Indonesia, pemerintah berupaya untuk membatasi jumlah perokok dengan menaikkan harga cukainya. Besaran tarif cukai ini ditentukan menurut jenis rokok dan besaran pabrik rokoknya. Bahkan pada tahun 2020, pemerintah akan menaikkan cukai rokok sebesar 10% hingga 15%.

Baca juga: Investasi saham $HMSP “Madesu”?

Selain itu, menurut Annual Report $GGRM tahun 2018 tren konsumsi rokok mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Hal ini diduga karena banyak konsumen rokok konvensional yang beralih ke rokok elektrik, dilihat dari menurunnya permintaan SKM low tar/nicotine sebesar 13,8% menjadi 90,4 miliar batang. Selanjutnya pada segmen sigaret kretek tangan (SKT), volume penjualan merosot 8,6% menjadi 44,6 miliar batang, dan untuk kategori rokok non-kretek atau rokok putih juga melemah 13,3% menjadi 13,2 miliar batang.

Walaupun demikian, tidak semua kategori rokok mengalami penurunan. Buktinya, permintaan rokok SKM full flavor yang naik 2,8% menjadi 10,7 miliar batang.

Pasar rokok Indonesia dianggap sebagai salah satu pasar yang paling dinamis dan beragam di Asia. Untuk itu, perseroan harus berinisiatif dalam mengembangkan produksi rokok. Saat ini, dua perusahaan terkemuka dalam industri rokok di Indonesia adalah HM Sampoerna dan Gudang Garam.

Lalu bagaimana proyeksi $HMSP dan $GGRM kedepannya?

Kami telah menganalisa $HMSP dan $GGRM selama lima tahun terakhir lengkap dengan proyeksinya 3 tahun kedepan, semuanya tersedia eksklusif untuk member Private Investing Room (PIR).

Link: https://yefadvisor.com/proyeksi-hmspggrm/

Jika anda belum jadi member Private Investing Room Reguler,
Daftar disini

Informasi layanan kami selengkapnya, dapat anda lihat di menu Layanan