Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia sudah pasti akan menyebabkan berbagai aktivitas bisnis menjadi terganggu. Termasuk sektor pariwisata, yang bisa dikatakan menjadi salah satu sektor terdampak paling parah karena hampir seluruh destinasi pariwisata di Indonesia ditutup sejak terjadinya pandemi ini. Upaya penutupan ini sendiri bertujuan untuk menekan penyebaran pandemi ini dan akhirnya berdampak pada emiten yang bergerak di sektor pariwisata yang bisa dikatakan pendapatannya dari kunjungan wisatawan akan menurun signifikan.
Berdasarkan data resmi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) seperti yang ditampilkan pada grafik di atas, selama terjadinya pandemi di Indonesia jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia selama tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan tahun 2019 lalu. Berdasarkan data tersebut, hanya di bulan Januari 2020 terjadi kenaikan wisatawan jika dibandingkan tahun 2019. Puncak penurunan terjadi pada bulan April dimana ketika itu kebijakan PSBB dan penutupan destinasi wisata sudah diberlakukan secara masif di berbagai wilayah Indonesia. Pada bulan April, penurunan wisatawan bahkan mencapai -87% jika dibandingkan tahun 2019 atau dari 1,274 juta orang menjadi hanya 160 ribu orang saja. Hal yang tidak jauh berbeda terjadi di bulan Mei, meskipun terjadi sedikit peningkatan jumlah wisatawan jika dibandingkan bulan April, namun kenaikannya hanya berjumlah 3 ribu orang dan tidak terlalu signifikan. Penurunan ini sendiri akibat kebijakan penutupan pintu utama kedatangan wisatawan terutama di Jakarta, Bali dan Batam.
Jika kita membahas destinasi wisata, tentu salah satu destinasi paling populer di Indonesia dan menyumbang devisa yang bernilai cukup besar dari sektor pariwisata adalah Bali. Bali sendiri pada tahun 2019 lalu berkontribusi sebesar 75 triliun rupiah dari sektor pariwisata. Jika dibandingkan dengan total devisa nasional dari sektor pariwisata yang berjumlah 270 triliun rupiah pada 2019 lalu, maka bisa dikatakan Bali berkontribusi hingga sekitar 28%. Akibat adanya pandemi ini, jumlah wisatawan yang datang ke Bali pun anjlok dan dapat terlihat dari tingkat okupansi hotel-hotel di Bali yang hanya 0-1% menurut Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Hal ini pastinya akan berdampak pada emiten-emiten sektor perhotelan yang memiliki hotel di Bali karena tentunya pendapatannya akan berkurang karena okupansi hotelnya yang rendah.
Lalu bagaimana kinerja Q1 2020 beberapa emiten perhotelan tersebut dan proyeksi kinerja pada Q2 2020 nantinya?
Selengkapnya: Proyeksi Kinerja Emiten Perhotelan Terdampak Pandemi Corona
Selain mendapatkan riset investasi eksklusif di atas, Member Private Investing Room Reguler (PIR) dan Syariah (PIRS) juga akan mendapatkan rekomendasi saham-saham layak investasi lengkap dengan instruksi akumulasi distribusi serta konsultasi portofolio investasi.
Belum jadi member PIR atau PIRS?
Registrasi sekarang
Market Intelligent: Danny Ramadhan
Editor: Novi DA