Close

Emiten Farmasi Global & Peluang Vaksin COVID-19

Industri farmasi sedang menghadapi moderate raised di mana permintaan produk-produk farmasi yang berkaitan dengan penanganan COVID-19 meningkat. Di era pandemi ini, industri farmasi juga mengalami dampaknya. Bahan baku farmasi nasional sebagian besar diimpor, baik dari China maupun India. Alhasil, saat pandemi melanda dunia dan mengakibatkan kedua negara pemasok bahan baku tersebut harus menutup aksesnya (lockdown), pasokan bahan baku farmasi nasional terhambat. Kondisi ini tentu mengganggu proses bisnis perusahaan farmasi. Dengan adanya kendala tersebut, industri farmasi nasional mulai mempertimbangkan untuk mendiversifikasi rantai pasok bahan baku, yang berarti tak hanya bergantung dari China dan India tetapi impor juga dari negara lain.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/9860/2020 Tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), telah menetapkan jenis vaksin Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech dan Sinovac Biotech Ltd sebagai jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Indonesia. Namun untuk penggunaan vaksin guna pelaksanaan vaksinasi COVID-19 tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat Izin Edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

  1. PT Bio Farma (Persero)

PT Bio Farma (Persero) merupakan BUMN produsen vaksin dan antisera, saat ini berkembang menjadi perusahaan Life Science. PT Bio Farma (Persero) menjadi salah satu produsen vaksin COVID-19 buatan dalam negeri. PT Bio Farma (Persero) memiliki dua jalur untuk pengadaan vaksinasi. Pertama, PT Bio Farma bekerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd, produsen asal China. Vaksin buatan Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus yang dimatikan dalam pengembangan. Kedua, dengan cara mengembangkan vaksin Merah Putih buatan dalam negeri, dimana PT Bio Farma (Persero) bekerja sama dengan Lembaga Biomokuler Eijkman. Pada vaksin Merah Putih menggunakan protein rekombinan, DNA dan RNA dalam pengembangannya. Selain itu, Bio Farma juga tercatat sebagai salah satu dari 29 produsen vaksin di dunia yang telah mendapatkan prakualifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai syarat telah memenuhi Good Manufacturing Practices (GMP).

2. Sinovac Biotech Ltd.

Sinovac Biotech Ltd adalah sebuah perusahaan biofarmasi yang berfokus pada riset, pengembangan, pembuatan dan komersialisasi vaksin-vaksin yang mencegah penyakit menular manusia yang bermarkas di Beijing, Tiongkok.

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, terlihat pendapatan perusahaan tersebut selalu mengalami kenaikan, dari tahun 2016 sebesar $72.43M menjadi $246.05M di tahun 2019. Berbeda dengan laba bersihnya, laba bersihnya justru tumbuh tidak stabil, tercatat laba bersihnya pada tahun 2019 sebesar $44,93M. Sinovac memberikan nama pada kandidat vaksin virus COVID-19 dengan nama CoronaVac. Vaksin ini menggunakan versi non-infeksi dari virus COVID-19 untuk memicu respon imun. Alasan dipilihnya Sinovac adalah karena vaksin COVID-19 Sinovac termasuk salah satu kandidat vaksin yang cepat dalam proses pengembangan dan uji klinisnya, Indonesia juga turut serta dalam proses uji klinis fase tiga vaksin tersebut di Bandung yang dimulai bulan Agustus lalu. Faktor lainnya adalah metode yang digunakan dalam pembuatan vaksin. Vaksin COVID-19 Sinovac menggunakan virus yang telah dilemahkan atau sering disebut inactivated virus. Metode tersebut telah terbukti berhasil dalam membuat vaksin-vaksin sebelumnya dan teknologi ini dimiliki oleh Bio Farma sehingga memudahkan proses transfer ilmu serta sistem mutu Sinovac telah mendapat pengakuan dari Ogranisasi Kesehatan Dunia (WHO)

3. AstraZeneca

AstraZeneca merupakan sebuah perusahaan farmasi hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania Zeneca Group PLC. AstraZeneca mengembangkan, memproduksi dan menjual farmasi untuk perawatan pada masalah gastrointestinal, kardiologi dan vascular, neurological dan psikiatri, infeksim pernafasan, radang dan onkologi.

Kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun terakhir terlihat kurang stabil, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersihnya, bahkan laba bersihnya selalu mengalami penurunan setiap tahunnya, tercatat pada tahun 2019 pendapatannya sebesar $24,38B dan laba bersihnya sebesar $1,33B. Vaksin COVID-19 tersebut diproduksi oleh perusahaan biofarma asal Cambridge, Inggris AstraZeneca PLC. Vaksin dengan merek dagang AZD1222 telah tercatat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sudah memasuki studi uji klinis fase 3.

4. China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)

China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm) merupakan perusahaan milik negara China yang bergerak di bidang farmasi dan pengobatan China.

Selama 5 tahun terakhir, kinerja perusahaan tersebut tergolong cukup baik, dilihat dari sisi top line maupun bottom line selalu konsisten mengalami kenaikan. Pendapatan pada tahun 2019 tercatat sebesar $425,27B dan laba bersihnya sebesar $6,25B. Vaksin COVID-19 buatan Sinopharm menggunakan virus tidak aktif untuk memicu respon kekebalan tubuh. Vaksin tersebut sedang menjalani uji klinis fase 3 di luar negeri.

5. Pfizer Inc. and BioNTech

Perusahaan tersebut merupakan perusahaan internasional dalam bidang kesehatan yang bermarkas di New York, Amerika Serikat. Sementara BioNTech merupakan perusahaan bioteknologi Jerman yang berbasis di Mainz yang mengembangkan dan memproduksi imunoterapi aktif untuk pengobatan penyakit.

Kinerja perusahaan Pfizer selama 5 tahun terakhir terlihat tidak stabil baik dari sisi top line maupun bottom line pada tahun 2019 tercatat pendapatannya sebesar $51,75B dan laba bersihnya sebesar $16,27B.

Begitupun dengan BioNTech, meskipun pendapatannya selalu mengalami kenaikan namun laba bersihnya tercatat selalu mengalami kerugian, tercatat hingga tahun 2019 mengalami kerugian sebesar $179,06M. Vaksin Pfizer Inc. and BioNTech memiliki keefektifan hampir 95%. Vaksin tersebut telah diotorisasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk Otoritas Penggunaan Darurat (EUA)

6. Moderna

Moderna merupakan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Cambridge, Massachussets dengan berfokus pada penemuan obat dan pengembangan obat berdasarkan RNA duta.

Selama 5 tahun terakhir, kinerja perusahaan tersebut nampaknya kurang memuaskan. Pendapatannya tumbuh tidak stabil dan laba bersihnya selalu mengalami kerugian di setiap tahunnya, di tahun 2019, tercatat pendapatannya sebesar $60,21M dan menderita kerugian mencapai $514,02M. Moderna mengumumkan telah mengajukan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Berdasarkan 95 kasus, dimana 90 kasus COVID-19 diamati dalam kelompok placebo dengan 5 kasus yang diamati di kelompok Mrna-1273 menghasilkan perkiraan titik keefektifan vaksin sebesar 94,5%.

Kinerja dari produsen-produsen vaksin COVID-19 tersebut ternyata sama-sama tercatat kurang memuaskan dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun dengan dijadikannya perusahaan-perusahaan tersebut sebagai produsen vaksin COVID-19, nampaknya menjadi sentimen positif dan mampu dimanfaatkan untuk mendorong kinerja mereka agar terus bertumbuh dan mendorong prospek kinerja industri farmasi.

Lebih lanjut, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional di Indonesia menjadi salah satu sektor yang menunjukkan pertumbuhan di tengah pandemi pada sepanjang kuartal III tahun ini. Di kuartal III 2020, sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional mengalami pertumbuhan sebesar 5,69% secara QoQ sementara secara YoY mengalami pertumbuhan sebesar 14,69%. Pertumbuhan sektor tersebut  didukung oleh peningkatan produksi obat-obatan, multivitamin dan suplemen tentunya tidak lepas untuk memenuhi permintaan domestik dalam menghadapi COVID-19.

Lalu, Bagaimana Kinerja KAEF dan INAF Sebagai Salah Satu Perusahaan Yang Akan Menjadi Distributor Vaksin-vaksin Tersebut?

Selengkapnya di Review Kinerja KAEF dan INAF Di Tengah Pandemi COVID-19

Market Intelligent: Diana Ayu P
Editor: Yusuf Efendi

Social Share