Close

Pengaruh Demonstrasi Terhadap Pergerakan IHSG

Aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU KPK dilakukan oleh ribuan mahasiswa di berbagai kota. Aksi ini dilakukan di Jakarta, Bandung, Malang, Balikpapan, Samarinda, Jogja dan kota-kota lainnya. Di beberapa kota, demonstrasi sempat berlangsung ricuh. Mahasiswa melanjutkan aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Revisi UU KPK di Gedung DPR RI Senayan Jakarta, dengan jumlah massa yang lebih besar. Tak hanya mahasiswa, bahkan ribuan petani pun juga ikut menyampaikan aspirasinya. Selain memperingati Hari Tani, ribuan petani tersebut membawa agenda untuk menolak RUU Pertanahan.

Aksi demonstrasi ini diduga menjadi salah satu penyebab penurunan IHSG sebesar -0,41% pada hari Senin, 23 September 2019. Penurunan lebih dalam terjadi pada hari Selasa (24/09) kemarin. Tercatat, IHSG ditutup melemah sebesar -1,11% ke level 6137,61 dengan total 361 saham yang mengalami penurunan.

Sebenarnya, bagaimana pengaruh aksi demonstrasi terhadap IHSG? Apakah signifikan?
Mari kita flashback pada aksi-aksi sebelumnya.

Beberapa aksi demonstrasi yang pernah terjadi di Indonesia dan dampaknya terhadap IHSG

Pada tanggal 24 September 1999 terjadi tragedi Semanggi II. Aksi ini digelar untuk meminta DPR dan pemerintah membatalkan pengesahan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB). Namun, DPR tetap mengesahkan RUU PKB meski aksi penolakan sangat besar dan banyak korban berjatuhan. Aksi ini berdampak pada penurunan IHSG sebesar 2,01% ke level 517,54.

Baca juga: Tarif Cukai Rokok Naik 2 Digit, Bagaimana Nasib $HMSP & $GGRM

Pada tanggal 20 Oktober 2010, terjadi aksi demonstrasi di kompleks Istana Merdeka genap satu tahun pemerintahan SBY-Boediono berkuasa. Aksi ini dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban Presiden SBY yang sudah berkuasa selama enam tahun karena dianggap gagal mensejahterakan rakyat. Demonstrasi ini berakhir ricuh. Aksi ini berdampak pada penurunan IHSG sebesar 0,39% ke level 3578,95.

Pada tanggal 14 Oktober 2016, Ribuan ormas Islam yang dikomandoi FPI melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut pelaksanaan penyelidikan terkait kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Aksi ini berdampak pada kenaikan IHSG sebesar 1,11%, IHSG berada di level terendah 5332,08 dan level tertinggi 5408,77.

Proses penyelidikan dirasa sangat lamban, kemudian ormas Islam kembali melakukan aksi damai pada tanggal 4 November 2016 atau yang dikenal aksi damai 411. Aksi ini berdampak pada kenaikan IHSG sebesar 0,62% yang berada dalam rentang 5303,36 sampai 5362,66.

Selanjutnya, GNPF MUI berencana menggelar Aksi Damai Jilid III pada Tanggal 2 Desember 2016 atau yang lebih dikenal dengan aksi damai 212 di kawasan Lapangan Monas, Jakarta Pusat. Aksi ini dilakukan karena Gubernur nonaktif DKI Jakarta belum juga ditahan paska ditetapkan sebagai tersangka. Aksi damai 212 ini berdampak pada kenaikan IHSG sebesar 0,91% ke level 5245,96. Pada saat aksi damai tersebut, IHSG sempat berada di level terendah 5199,14 dan level tertinggi 5250,29.

Ketiga aksi damai ormas Islam ini berlangsung damai, sehingga menjadi sentimen positif terhadap laju IHSG.

Tahun 2018, mahasiswa melakukan unjuk rasa di berbagai kota untuk menolak kenaikan harga BBM. Kebijakan pemerintahan Jokowi-JK sudah 4 kali menaikkan harga BBM, sehingga pemerintah dinilai tidak becus dalam memberikan kebijakan. Pada tanggal 27 Maret 2018, mahasiswa UIN SMH Banten yang tergabung dalam Gerakan Bela Rakyat (Geber) melakukan demonstrasi di Kota Serang. Selanjutnya pada tanggal 28 Maret 2018, mahasiswa melakukan aksi demo di Banda Aceh. Pada tanggal 29 Maret 2018 demonstrasi dilakukan di Kota Bogor dan Solo. IHSG pada tanggal 27 Maret melemah 0,15%, tanggal 28 Maret melemah 1,1% dan tanggal 29 Maret menguat 0,78%.

Pada tanggal 21 dan 22 Mei 2019 terjadi aksi demonstrasi untuk menolak hasil penghitungan suara pemilihan Presiden Indonesia tahun 2019 di Jakarta. Awalnya, demonstrasi berjalan damai dan tertib, tetapi setelah sempat dibubarkan pada tanggal 21 malam, massa kemudian datang kembali. Aksi ini berakhir ricuh, bentrokan massa dengan aparat terjadi di beberapa tempat sehingga memakan banyak korban. Pada tanggal 21 Mei, IHSG sempat menguat 0,75%. Kemudian pada tanggal 22 Mei, IHSG melemah tipis 0,2% ke level 5939,64.

Baca juga: TINS Bangun Pabrik Rare Earth, Apakah Menguntungkan?

Kesimpulannya

Peristiwa politik dapat mempengaruhi pergerakan harga saham di Bursa Efek dan sangat berpengaruh pada kestabilan ekonomi suatu negara. Peristiwa politik dapat mengubah cara pandang investor untuk membeli atau menjual saham di bursa efek. Sehingga, meskipun kinerja suatu perusahaan itu bagus, tetapi jika investor merasa situasi politik tidak aman maka mereka tidak akan melakukan investasi atau bahkan menghindarinya.

Dari kasus-kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa aksi demonstrasi yang berakhir ricuh akan memberikan efek negatif untuk pasar saham. Aksi demo yang ricuh dapat menghilangkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi di dalam negeri. Secara tidak langsung, aksi demonstrasi akan mempengaruhi psikologis pelaku pasar atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pasar saham sangat sensitif terhadap peristiwa yang terjadi pada saat itu.

Namun perlu diperhatikan bahwa tentu masih banyak faktor-faktor lain dari luar yang bisa mempengaruhi pasar saham.

Dapatkan rekomendasi trading dan investasi dari YEF advisor dengan menjadi member
Daftar sekarang
Link registrasi : yefadvisor.com/register

Sumber:
Kompas
REPUBLIKA
Wartaekonomi
Tribun
Kabar-Banten
Merdeka.com
CNN Indonesia

Market Intelligent: Mutik Dian Prabaning Tyas
Editor: Muhammad Avicenna Jauhar Maknun

Social Share