Sepanjang bulan Maret 2020, IHSG bergerak turun dan total dibulan Maret IHSG tercatat turun -4,2%. Penurunan ini kembali terjadi setelah tahun lalu di bulan yang sama IHSG juga mengalami penurunan ekstrim -16%. Dua tahun terakhir memang pergerakan IHSG masih di bayang-bayangi oleh pandemi Covid-19 yang belum selesai sehingga perekonomian belum sepenuhnya pulih. Beberapa sentimen lain turut menyumbang penurunan IHSG bulan Maret baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sentimen dalam negeri yang selama bulan Maret menyumbang penurunan IHSG diantaranya adanya statement dari menteri keuangan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal 1 masih minus antara -1% hingga -0,1%, Adanya pekembangan mutasi Covid-19 sehingga memunculkan perpanjangan PPKM Mikro sampai 5 April mendatang, dan muncul kebijakan larangan mudik yang berpotensi mempengaruhi penurunan daya beli serta konsumsi masyarakat sehingga perekonomian tetap lesu meski menjelang Hari Raya. Selain itu, adanya potensi penurunan dividen pada emiten-emiten besar karena laporan keuangannya memburuk menjadi penyebab investor kurang tertarik untuk investasi.
Sentimen global yang turut mempengaruhi pergerakan IHSG bulan Maret diantaranya kenaikan imbal hasil obligasi AS yang saat ini mengalami tren kenaikan. Berdasarkan data 1 April 2021, Yield tenor 10 tahun masih bergerak di kisaran 1,74% lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai 1,77% sebagai level tertinggi yang dicapai pada 30 Maret lalu. Kenaikan tersebut berpotensi lanjut sepanjang tahun 2021. Adanya kenaikan imbal hasil obligasi, turut mempengaruhi kenaikan SBN domestik yang mengakibatkan selisih antar keduanya semakin sedikit. Hal tersebut memicu terjadinya capital outflow yang mengakibatkan rupiah tertekan. Sejak awal tahun 2021, hingga akhir Maret capitel outflow mencapai 26 Triliun di pasar obligasi dan rupiah melemah -3% (Source: DJPPR). Adapun beberapa faktor yang membuat imbal hasil obligasi pemerintah meningkat tajam, yakni, ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan prospek ekonomi yang lebih kuat. Selain itu, vaksinasi yang sedang berjalan saat ini memungkinkan aktivitas di seluruh dunia untuk mulai rebound dari pandemi.
Dilihat dari sektor-sektor penyumbang pergerakan IHSG bulan Maret, penyumbang penurunan terbesar adalah sektor Misc-Industry -9,76%, Finance -8,04%, dan Property turun sebesar -7,81%. Sedangkan satu-satunya sektor yang berkontribusi positif untuk IHSG adalah Basic Industry yang menguat sebesar 0,65%.
Lalu bagaimana IHSG bulan April 2021?
Berdasarkan analisa grafik historikal di atas, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi penurunan sebanyak 4 kali. Artinya terdapat probabilitas sebesar 40% penurunan tersebut berpotensi terulang di tahun ini dan sisanya 60% mengalami kenaikan. Penurunan IHSG di bulan April terjadi di tahun 2015,2016,2018 dan 2019. Penurunan terdalam terjadi di tahun 2015 sebesar -7,83%.
Kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih, serta banyaknya sentimen negatif baik dari dalam maupun luar negeri, awal bulan April masih terdapat potensi penurunan meskipun di akhir bulan nanti terdapat probabilitas sebesar 60% Indeks mengalami rebound.
Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah untuk terus mempertahankan perekonomian dan tetap mengupayakan supaya perekonomian pulih dengan lebih cepat. BI terus mendorong percepatan transmisi penurunan suku bunga kredit setelah menurunkan suku bunga acuan hingga 125 bps sejak 2020 dengan tujuan supaya UMKM dan Pengusaha lainnya gencar mengajukan kredit yang menandakan perekonomian bergairah. Serta masifnya program vaksinasi menjadi harapan pemulihan ekonomi meskipun dampak pada pemulihan ekonomi tidak langsung terjadi, paling tidak masyarakat sudah banyak yang mendapatkan vaksin sehingga memunyai kekebalan tubuh yang baik untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kesimpulan :
Kami memprediksi IHSG bulan April akan kembali mengalami penurunan di awal pekan. Namun, secara kumulatif IHSG bulan April mempunyai probabilitas 60% rebound atau mengalami kenaikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak untuk mempertahankan perekonomian dan mengupayakan untuk terus tumbuh membaik. Trader maupun investor, harus dapat menganalisa kondisi saham supaya tidak mudah terprovokasi oleh berita sehinga market kembali bergerak stabil.
Bagaimana strategi trading dan investasi yang tepat untuk diterapkan saat ini?
Bergabunglah ke layanan membership kami dan dapatkan panduan trading dan investasi saham (Click)
Market Intelligent: Dianita A
Editor: Yusuf Efendi