Harga batu bara beberapa hari perdagangan mengalami kenaikan dan mencapai level tertinggi sepanjang tahun 2020 diharga US$ 69,60. Salah satunya disebabkan karena adanya optimisme dari masyarakat dunia terkait dengan hadirnya vaksin covid-19 yang dikabarkan efektif setelah uji klinis dengan probabilitas keberhasilan sebesar 90%. Beberapa pengembang vaksin telah mendeklarasikan keberhasilannya diantaranya Pfizer, BioTech dan Moderna. Dengan membaiknya kesehatan dunia, maka masyarakat optimis perekonomian dan industri akan segera pulih dengan lebih cepat.
Optimisme pemulihan ekonomi dengan lebih cepat, mendorong permintaan akan komoditas batu bara itu sendiri. Dalam hal ini tujuan ekspor batu bara indonesia terbesar di negeri tirai bambu sebesar kurang lebih 32%-33% per tahun. Meskipun komoditas batu bara domestik di China tersedia, namun harga batu bara impor lebih murah. Bukan hanya China sebagai negara Industri, akan tetapi Jepang dan Korea Selatan juga tengah mengembalikan kegiatan industrinya sebagai penggerak ekonomi nasional seperti semula. Selain itu, beberapa wilayah yang mengalami musim dingin di Asia khususnya China diprediksi juga akan menambah permintaan batu bara karena dibutuhkan sebagai pemanas ruangan.
Sudah teridentifikasi, pada hari Rabu (25/11/2020) lalu, Indonesia menandatangani kesepakatan terkait dengan Ekspor batu bara ke China yang mana apabila dihitung jumlahnya hingga kurang lebih 20 triliun. Bisa jadi, MoU tersebut di evaluasi setiap periode untuk mengubah kesepakatan terkait jumlah permintaan batu bara. Hal tersebut didukung dengan kemenangan Joe Biden menjadi presiden AS menjadi harapan perekonomian China yang lebih kondusif ke depannya.
Berdasarkan data terakhir, terlihat terdapat perbaikan volume ekspor batu bara Indonesia meskipun pandemi sedang mewabah di seluruh Dunia.
Melalui data tersebut, terdapat harapan untuk Indonesia sebagai eksportir batu bara karena ekspor terus mengalami perbaikan meskipun pandemi sedang berlangsung. Namun tentu dalam realitanya permintaan akan berfluktuasi dan emiten batu bara masih juga berada di ambang ketidak pastian. Ditambah, volatilitas permintaan dunia yang mampu memengaruhi pergerakan harga untuk komoditas batu bara itu sendiri.
Berdasarkan analisa teknikal, harga batu bara nampak rebound dari support 2016 dan berpotensi membentuk double bottom pattern yang mengindikasikan akan adanya pembalikan arah, dari yang semula downtrend menjadi uptrend. Hal ini terlihat saat harga batu bara mengalami rejection untuk turun lebih rendah dari harga $48. Dari histori pergerakan harga batubara, terlihat ada resisten di area $64-$70 dan area $78-$81. Jika harga batu bara mampu berada di atas level $70, besar kemungkinan bahwa harga batu bara masih akan melanjutkan kenaikan menuju resisten selanjutnya di area $78-$81.
Lalu, bagaimana proyeksi pergerakan harga saham emiten komoditas batu bara ke depan? Berikut analisa eksklusif untuk member Private Trading Room.
Proyeksi pergerakan harga saham emiten komoditas batu bara.
Market Intelligent: Dianita & Sektia Bayu
Editor: Yusuf Efendi
Disclaimer on
Analisa dibuat oleh YEFTrader secara independen dengan itikad baik. Keputusan beli dan jual ada ditangan member sepenuhnya. Cermati dan analisa kembali sebelum memutuskan beli ataupun jual. Informasi diatas hanya diperuntukan member Private Trading Room. Dilarang keras menyebarluaskan info diatas tanpa seizin YEF.