Baru-baru ini pelaku pasar digemparkan dengan naiknya saham TINS. Diduga, salah satu trigger kenaikan saham TINS adalah pembangunan pabrik pengolahan mineral logam tanah jarang atau rare earth di Kepulauan Bangka Belitung. Dimana TINS menganggarkan biaya pembangunan sebesar 100 – 200 miliar rupiah.
Lalu, apa sih komoditas rare earth / logam tanah jarang itu?
Logam rare earth/logam tanah jarang (LTJ) merupakan kumpulan dari 17 unsur kimia yang terdiri atas 15 unsur lantanida (lanthanides) serta scandium dan yttrium. Meskipun unsur-unsur tersebut berlimpah, tetapi proses penambangannya sulit dan biayanya pun mahal. Kendala dalam industri pengolahannya adalah terikatnya rare earth bersama logam utama hasil tambang, dan sumber sekunder yang terbawa sisa proses tambang sehingga sulit diekstraksi. Karena sulitnya penambangan dan biaya yang mahal, membuat harga rare earth mencapai US$230 per Kg. Sifat rare earth sangat khas dan belum ada material lain yang mampu menggantikannya. Hal tersebut membuat rare earth menjadi material yang sangat penting, dilihat dari potensi pengembangannya.
Berdasarkan hasil survey dari US Geological pada tahun 2018, jumlah produksi rare earth di 11 negara produsen LTJ mencapai 170.000 MT (metric ton). China merupakan negara produsen LTJ terbesar di dunia dengan total cadangan rare earth pada tahun 2018 mencapai 120.000.000 MT, kemudian diikuti oleh negara Australia, United States, Myanmar, Vietnam, Russia, India, Brazil, Burundi, Thailand dan yang terakhir adalah Malaysia.
So, apa sih sebenarnya kegunaan rare earth/ LTJ?
Seperti yang sudah dituliskan di atas, rare earth memiliki 17 unsur dan masing-masing unsur memiliki kegunaan yang berbeda-beda.
Bagaimana dengan prospek produksi rare earth dalam negeri?
- Scandium (Sc) digunakan untuk membuat komponen kedirgantaraan
- Yitrium (Y) untuk membuat busi dan perawatan kanker
- Lanthanum (La) untuk membuat lensa kamera dan elektroda baterai
- Cerium (Ce) untuk pengoksidasi dan pewarna keramik
- Prasedymium (Pr) untuk membuat magnet, laser dan kacamata
- Neodymium (Nd) untuk membuat magnet, laser dan motor elektrik
- Promethium (Pm) untuk membuat baterai nuklir dan cat bercahaya
- Samarium (Sm) untuk membuat magnet, laser dan batang kendali untuk reaksi nuklir
- Europium (Eu) untuk membuat pospor dan lampu pijar
- Gadolinium (Gd) untuk membuat tabung sinar x dan memori komputer
- Terbium (Tb) untuk membuat lampu pijar dan stabilisator bahan bakar
- Dysprosium (Dy) untuk membuat hard disk
- Holmium (Ho) untuk membuat laser
- Erbium (Er) untuk membuat infreared dan teknologi fiber optik
- Thulium (Tm) untuk membuat mesin sinar X
- Ytterbium (Yb) untuk membuat stainless steel dan monitor gempa
- Lutetium (Lu) untuk membuat lampu LED.
Lalu, bagaimana dengan prospek produksi rare earth dalam negeri?
Prediksi permintaan LTJ di masa mendatang akan terus meningkat seiring dengan besarnya manfaat dari rare earth itu sendiri. Dua unsur penting dalam rare earth yang digunakan untuk membuat magnet paling kuat adalah Neodymium (Nd) dan Praseodymium (Pr). Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa permintaan dari NdPr diprediksi akan meningkat setiap tahunnya.
Menurut beberapa penelitian, dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki potensi rare earth yang cukup besar yaitu mencapai 1,5 miliar ton. Daerah yang memiliki unsur rare earth antara lain; Pulau Bangka dan Belitung, Kepulauan Tujuh, Singkep, Kundur, Karimun Jawa, Sumatera, Kalimantan, Pulau Sula Banggai (Timur Sulawesi) dan bagian Barat Papua. Melihat potensi ini, Indonesia diharapkan mampu memproduksi rare earth dan membuka peluang dalam penguasaan dan pengembangan teknologi.
Di Bangka Belitung, rare earth ditemukan bersama timah, sedangkan di Kalimantan ditemukan berasama emas. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan PT Timah Tbk (TINS) mulai mengembangkan produksi rare earth. Pada bulan Agustus kemarin, PT Timah dan BATAN melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama pengolahan rare earth. Kerjasama tersebut diwujudkan dalam bentuk pengelolaan Uranium dan Thorium sebagai produk samping hasil produksi logam tanah jarang pada penerapan industri.
Penulis: Mutik Dian Prabaningtyas
Editor: Muhammad Avicenna Jauhar Maknun
Lalu, bagaimana dengan analisa teknikal dan potensi jangka pendek TINS?
Kami telah melakukan analisa teknikal dan potensi jangka pendek TINS, eksklusif untuk member Private Trading Room (PTR)
Link: https://yefadvisor.com/tins-berpotensi-naik
Jika anda belum jadi member Private Trading Room,
Daftar disini
Informasi layanan kami selengkapnya, dapat anda lihat di menu Layanan