Selama beberapa dekade terakhir, globalisasi telah menjadi tema investasi. Kini tren perdagangan global mulai melesu dan kurang menguntungkan.
Apakah ini peralihan dari globalisasi menjadi slow-balisasi?
Sejak akhir abad ke-20, hubungan ekonomi dunia mulai dibangun dan terjalin tanpa batas. Hal ini berdampak sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia dipercepat oleh globalisasi, keberadaan teknologi internet, serta didukung oleh sarana transportasi dan komunikasi dalam tren yang sama.
Perang dagang hanyalah bagian dari cerita. Kombinasi tren sekuler dan pergeseran geopolitik berkonspirasi untuk memperlambat globalisasi, atau bahkan membalikkan tren. Perang tarif menjadi penghalang, yang paling terlihat dan berdampak besar adalah arus investasi asing di AS sekarang melemahkan perusahan untuk meng-globalisasikan rantai pasokan.
Sementara itu tuntutan pendekatan manufaktur yang lebih efisien, perubahan preferensi konsumen, dan peningkatan daya beli di pasar negara berkembang, menjadi faktor yang menekan perdagangan global dan lebih mendukung untuk fokus ke perdagangan regional.
Hambatan globalisasi khususnya perdagangan global adalah mengenai isu keamanan nasional, terlebih yang berhubungan dengan data. Teknologi informasi menjadi kambing hitam akibat perlambatan globalisasi, dikarenakan negara-negara maju seperti Amerika Serikat bersikap skeptis dan memproteksi diri. Akibatnya, hubungan ekonomi AS dengan negara besar lainnya seperti China terganggu. Teknologi informasi mempercepat arus informasi sekaligus membuatnya mudah diakses oleh banyak pihak, dan itu dianggap berbahaya.