Pada perdagangan minggu ini, Saham BUMI yang merupakan saham sejuta umat sempat menguat diharga Rp58/share sebelum akhirnya ditutup pada level harga Rp51/share di perdagangan Jumat (04/09). Emiten Bakrie lainnya yaitu BRMS bahkan mencatatkan kenaikan menyentuh Rp61/share dan kembali ditutup pada level harga Rp51/share. Kenaikan ini terjadi karena pasar merespon penguatan harga batu bara acuan Newcastle ke USD 51,7/ton. Hal ini juga merupakan sentimen positif dari proyek baru BUMI yaitu industri methanol yang diprediksi bernilai Rp30 triliun di Kalimantan Timur.
Lalu Bagaimana Kinerja BUMI pada Semester I-2020 ini?
Pada semester I-2020, pendapatan BUMI turun 8,5% YoY dari USD 481 juta menjadi USD 440 juta. Penurunan ini disebabkan oleh oversupply batubara sebagai akibat dari adanya pandemi Covid-19. Adanya kelebihan penawaran berimbas pada harga rata-rata jual komoditas batu bara yang jatuh secara global. Kondisi ini menyebabkan pendapatan BUMI segmen batubara turun menjadi USD 437 juta dari sebelumnya USD 478 juta. Segment jasa juga mengalami penurunan menjadi USD 2,1 juta dari sebelumnya USD 2,9 juta.
Baca lagi : WFH Tidak Mendorong Kinerja TLKM
Pendapatan yang turun mengakibatkan BUMI mencatatkan kerugian hingga 206,74% YoY sebesar USD 85 juta setelah sebelumnya laba tercatat sebesar USD 89 juta. Meskipun BUMI telah menurunkan biaya tunai produksi sebesar 13,14% YoY menjadi USD 32,4 per ton, hal ini belum mampu menutupi penurunan pendapatan sehingga BUMI mencatatkan kerugian pada semester I-2020 ini.
BUMI masih memiliki tantangan ekonomi karena kondisi pandemi Covid-19 yang tidak pasti. Harga jual beberapa komoditas mineral dan batu-bara juga masih sangat fluktuatif untuk memprediksi kinerja BUMI.
Lalu dengan harga nominal yang sangat murah, Apakah BUMI layak untuk investasi?
Selengkapnya: Analisa & Kelayakan Investasi Saham BUMI
Join Private Investong Room untuk mendapatkan konten eksklusif dan juga rekomendasi saham-saham layak investasi lengkap dengan panduan akumulasi sampai dengan distribusi
Market Intelligent: Isna Fauziah
Editor: Yusuf Efendi