Close

Teror Virus Corona Menghantui Pasar Saham

Sejak otoritas kesehatan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, mengumumkan bahwa tiga orang meninggal dunia akibat terdampak virus Corona atau COVID-19 pada tanggal 20 Januari 2020 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan pengumuman bahwa status virus ini menjadi tingkat siaga tertinggi pada bulan Februari kemarin, menyebabkan kepanikan pada bursa saham di seluruh dunia. Hal tersebut terjadi karena kekhawatiran para investor tentang penyebaran virus ini ke luar China, yang membuat dampaknya semakin meluas.

Hal ini dapat terlihat pada perdagangan seminggu kemarin, hampir seluruh indeks saham global mengalami koreksi. Seperti yang terlihat pada Indeks Wall Street dalam sebulan terakhir. Indeks S&P 500 anjlok 6,4 persen, Dow Jones Industrial Average anjlok 7,7 persen dan Nasdaq Composite terkoreksi 5,7 persen.

Hal yang sama juga terjadi pada IHSG yang mengalami penurunan hingga 5,7 persen. Bahkan jika kita lihat sejak awal tahun, IHSG sudah terkoreksi lebih dari 10 persen.

Baca Juga: Virus vs Stock Market

Meskipun pada perdagangan minggu ini mulai terlihat indikasi terjadinya rebound, namun sentimen negatif akibat COVID-19 masih membayangi dan memberikan dampak yang buruk. Pergerakan pasar cenderung tidak stabil, apalagi semenjak Pemerintah Indonesia mengumumkan kasus pertama COVID-19 pada Senin, 2 Maret 2020 yang mengakibatkan IHSG sempat anjlok hingga 5361,24 hingga sesi penutupan.

Hingga saat ini, dampak virus Corona telah mengakibatkan setidaknya 90.933 orang terinfeksi secara global dengan korban tewas sebanyak 3.117 dan yang berhasil pulih sebanyak 47.995 orang. Sejak kasus pertama tercatat pada 20 Januari 2020 hingga saat ini memasuki pekan keenam, terjadi penurunan pada jumlah kasus COVID-19 seperti yang terlihat pada data di atas.

Virus COVID-19 ini juga berdampak pada kegiatan ekspor-impor Indonesia terutama impor dari China. Menurut data yang dirilis oleh Dirjen Bea dan Cukai, terjadi penurunan impor dari China yang signifikan sebesar 51,6 persen pada bulan Februari 2020 jika dibandingkan dengan bulan Januari 2020.

Jenis barang impor yang paling banyak mengalami penurunan adalah tekstil, mesin dan peralatan elektronik. Hal ini tentunya tentunya akan sangat berdampak pada emiten yang bergerak di bidang manufaktur, tekstil maupun perdagangan alat elektronik.

Perlu diakui, terganggunya supply chain tersebut dapat diantisipiasi dengan tindakan mitigasi / mencari sumber bahan baku atau impor dari negara selain China. Namun hal ini tentunya tidak akan cukup untuk menutupi kerugian yang terjadi. Selain itu menurut data dari Worldbank, China adalah negara importir terbesar nomor 1 di Indonesia.

Selain dampak impor, kegiatan ekspor ke Negeri Tirai Bambu juga pasti akan terganggu. China adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia di bidang non migas, dengan nilai US$ 27,127 juta. Hal ini juga akan mempengaruhi emiten yang bergerak di bidang pertambangan contohnya batu bara, karena batu bara adalah salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia menuju China.

Apa saja saham-saham yang berpotensi dirugikan dengan meluasnya Virus COVID-19?

Temukan jawabannya, eksklusif untuk member Private Investing Room (PIR) dan Private Investing Room Syariah (PIRS)

Selengkapnya : Emiten Terdampak Corona

Belum jadi Member?

Daftar Private Investing Room (PIR) atau Private Investing Room Syariah (PIRS) sekarang untuk mendapatkan akses konten eksklusif investasi di atas. Selain itu, dapatkan juga rekomendasi dan panduan investasi saham lengkap dengan konsultasi langsung bersama YEF.

Daftar sekarang
Link registrasi :
yefadvisor.com/register

Market Intelligent: Danny Ramadhan
Editor: Avicenna JM
Graphic Designer: Hayu Winursita Linuhung

Social Share
banana