Tertekan akibat pandemi COVID-19 membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 mengalami kontraksi hingga -5,23%. Hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif karena tidak ada pergerakan ekonomi. Disisi lain, sektor informasi dan komunikasi disebutkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertumbuh 10% pada kuartal II-2020 dan menyumbang 4,66% pada struktur PDB. Pertumbuhan positif sektor ini didorong oleh kebijakan work from home sehingga mendorong pertumbuhan pelanggan internet dan TV interaktif berbayar. Dari sisi usaha, pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi didorong oleh peningkatan belanja iklan televisi dan media digital.
Sepanjang Januari 2020, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 64% dari total populasi. Jumlah ini meningkat 17% YoY dibandingkan dengan Januari tahun lalu, lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,1% YoY. Kenaikan pengguna internet ini juga dibarengi dengan pertumbuhan pengguna media sosial sebesar 8,1% menjadi 160 juta jiwa per Januari 2020. Menilik data BPS, pada bulan Juni 2020 pengguna internet di Indonesia berjumlah 392,94 juta jiwa atau meningkat 10% dibandingkan awal tahun. Peningkatan yang pesat ini didorong oleh kebijakan work from home karena adanya pandemi Covid-19.
Pertumbuhan yang mengesankan pada sektor informasi dan komunikasi ini seharusnya memberikan sentimen positif pada emiten komunikasi terutama Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebagai emiten komunikasi terbesar di Indonesia. Akan tetapi, laporan keuangan pada semester I-2020 TLKM kembali membukukan penurunan kinerja.
Baca lagi : $TLKM Buka Blokir Netflix?
Pendapatan TLKM turun tipis -3,72% YoY dari Rp 69,34 triliun menjadi Rp 66,85 triliun pada semester I-2020. Penurunan TLKM ini dipicu oleh penurunan pendapatan pada segmen legacy business sebesar -27,5% YoY menjadi Rp 13,02 triliun dari sebelumnya Rp 17,96 triliun. Adapun segmen legacy business TLKM merupakan pendapatan dari SMS, fixed and cellular voice. Penurunan juga berimbas pada pendapatan network and other telecommunication services yang turun -36,4% YoY dari Rp 6,29 triliun menjadi Rp 4,00 triliun.
Laba bersih TLKM juga turun tipis -0,38% YoY karena penurunan pada sisi top line. Laba bersih TLKM pada semester I-2019 sebesar Rp 11,07 triliun atau turun menjadi Rp 10,98 triliun. TLKM sendiri telah melakukan efisiensi biaya dilihat dari penurunan total beban yang turun sebesar -5,4% YoY dari Rp 47,13 triliun menjadi Rp 44,60 triliun. Menipisnya laba bersih TLKM disebabkan oleh turunnya pendapatan itu sendiri.
Kinerja TLKM yang terus menurun sejak kuartal I-2020 berdampak pada harga saham TLKM yang terus mengalami penurunan. TLKM telah terkoreksi -28% YTD ke level Rp 2.950/lembar sejak awal tahun 2020. Pada bulan lalu, TLKM juga menjadi korban aksi jual asing akibat kinerja yang tak memuaskan ditengah pertumbuhan sektor telekomunikasi sehingga harganya semakin turun. Bila melihat pertumbuhan sektor telekomunikasi yang tumbuh disaat penurunan ekonomi, seharusnya TLKM dapat membukukan kinerja yang baik.
Lalu, Apa yang menyebabkan $TLKM gagal memanfaatkan momentum pandemi?
Apa yang harus dilakukan investor? beli atau jual TLKM?
Selengkapnya: $TLKM Gagal Manfaatkan “Strong Momentum”
Selain mendapatkan riset investasi eksklusif di atas, Member Private Investing Room Reguler (PIR) dan Syariah (PIRS) juga akan mendapatkan rekomendasi saham-saham layak investasi lengkap dengan instruksi akumulasi distribusi serta konsultasi portofolio investasi.
Belum jadi member PIR atau PIRS?
Registrasi sekarang
Market Intelligent: Isna Fauziah
Editor: Yusuf Efendi