Sejak awal tahun 2020, masyarakat berperang melawan pandemi COVID-19. Penyebaran virus ini menyebabkan beberapa negara memberlakukan lockdown. Perekonomian koma karena bisnis-bisnis terpaksa tutup dan adanya kebijakan social distancing menyebabkan terbatasnya pergerakan sehingga perekonomian menjadi semakin lesu. Mayoritas GDP setiap negara jatuh dan pertumbuhan ekonomi secara global mengalami kontraksi hingga -5,2% pada kuartal II-2020. Dalam laporan Worldbank, kontraksi yang terjadi akibat pandemi COVID-19 merupakan kontraksi tercepat sejak 1990.
Baca lagi: Ancaman Resesi di Tengah COVID-19
Dalam siklus bisnis, roda perekonomian akan selalu berputar. Hal ini menjadikan ekonomi tidak akan selalu berada di titik puncak. Ketika pertumbuhan ekonomi menurun maka kondisi tersebut disebut dengan kontraksi. Apabila kontraksi yang terjadi terus menerus akan menyebabkan resesi. Ketika kontraksi tersebut sudah mencapai titik terendah (trough), maka siklus bisnis akan kembali membaik ke arah pertumbuhan yang positif atau recovery. Siklus berikutnya setelah recovery berlanjut ekspansi ke pertumbuhan yang positif.
Mengingat kondisi saat ini, proses menuju recovery atau membaiknya perekonomian akan sulit diprediksi. Beberapa negara yang sudah melakukan pembukaan perekonomiannya malah kembali mengalami lonjakan kasus baru COVID-19, tidak terkecuali Indonesia. Pelonggaran masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di ibu kota sementara ini dipantau menggerakan perekonomian. Kondisi ini juga terlihat pada Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (IHSG) yang sudah bergerak membaik sejak April lalu. Akan tetapi, per 14 Agustus 2020, Indonesia telah mengkonfirmasi tambahan kasus baru sebanyak 2.098 sehingga total kasus positif sebesar 132.816.
Dengan kondisi tersebut, apakah Indonesia sudah menuju recovery?
Pada kuartal-II 2020, GDP Growth Indonesia turun -5,32%. Stimulus yang diberikan pemerintah dari kuartal I-2020 saat ini belum mampu mendorong pertumbuhan yang positif. Meskipun begitu, apabila melihat pergerakan pasar saham diatas, hal ini memberikan gambaran positif dari membaiknya ekonomi.
Proses recovery dari resesi memiliki beberapa pola. Secara umum terdapat empat pola recovery. Dimana dalam pola ini menggambarkan bagaimana pergerakan pertumbuhan GDP dan indikator ekonomi lainnya dalam kurun waktu tertentu.
V-shape. Kondisi V-shape menggambarkan terjadinya kontraksi yang cukup dalam hingga negara mengalami resesi. Setelah tercapai puncak resesi, maka perlahan akan bergerak menuju garis normal. Dapat dikatakan bahwa pola ini yang paling ideal karena ekonomi dapat recovery dengan lebih cepat. Ketika vaksin COVID-19 ditemukan, kemungkinan recovery dengan V-shape akan besar.
U-shape. Sedangkan pada pola U-shape menggambarkan kontraksi yang terjadi cukup lama. Negara membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke masa ekspansi. Kondisi ini kemungkinan dapat terjadi di Indonesia apabila vaksin tidak segera ditemukan dan pemberlakuan pembatasan wilayah diperpanjang.
W-shape. Pada skenario ini, kondisi ekonomi telah pulih dengan cepat setelah adanya kontraksi, akan tetapi kembali jatuh karena efek gelombang resesi kedua, sehingga terjadi dua periode resesi yang kemudian disebut dengan double-dip reccession. Penggambaran kondisi ini kemungkinan dapat terjadi pada Indonesia apabila terjadi lonjakan kasus positif yang mengharuskan pemerintah untuk kembali melakukan lockdown.
L-shape. Skenario terburuk adalah L-shape recovery, dimana ekonomi akan mengalami kontraksi secara tiba-tiba dan stagnan dalam periode yang cukup lama. Kondisi ini pernah dialami dunia ketika the great depression.
Dengan ketidakpastian ekonomi saat ini, sebagai investor harus melakukan antisipasi dari segala kondisi. Investor jangka panjang harus selektif dalam memilih saham investasi karena akibat resesi bisa menyebabkan risiko kebangkrutan diperusahaan yang tidak memiliki fundamental yang kuat. Selain itu pastikan portofolio selalu terkontrol dan dievaluasi secara bertahap untuk menghindari kondisi overposition atau portofolio supermarket
Baca lagi: Pusingnya Punya Portofolio Supermarket
Bagi investor jangka pendek, atau trader. Volatilitas saham masih akan bergerak dalam periode yang cukup lama. Mungkin kondisi ini akan menjadi kesempatan besar untuk mendapatkan keuntungan dari capital gain. Akan tetapi, trader juga harus disiplin dengan strategi dan trading plan.
Jika anda sedang memiliki portofolio yang tidak dalam kondisi yang positif atau bingung memilih saham yang layak untuk investasi
Join Private Investing Room dapatkan panduan investasi lengkap seperti rekomendasi saham layak investasi, panduan akumulasi sampai dengan distribusi dan juga konsultasi terkait portofolio dan investing plan.
Selain mendapatkan riset investasi eksklusif, Member Private Investing Room Reguler (PIR) juga akan mendapatkan rekomendasi saham-saham layak investasi lengkap dengan instruksi akumulasi distribusi serta konsultasi portofolio investasi.
Daftar sekarang
Market Intelligent: Isna Fauziah
Editor: Novi DA