Pada kondisi pasar saat ini, sudah berapa saham yang anda koleksi untuk mengisi portofolio?
Penurunan pasar karena adanya pandemi COVID-19 saat ini menjadi sebuah kesempatan tersendiri bagi investor untuk mendapatkan saham bagus dengan harga murah akan tetapi bukan saham murahan. Oleh karena itu, untuk dapat memanfaatkan momentum ini, diperlukan analisa yang tepat baik analisa teknikal dan fundamental.
Salah satu pendekatan investasi yang populer adalah pendekatan valuasi. Pendekatan valuasi berfokus pada saham-saham yang sedang murah (undervalue). Value Investor pada umumnya mengetahui kategori murah dan mahal berdasarkan price to earnings (PE) ratio dan price to book (PBV) ratio. PE Ratio melihat valuasi harga saham berdasarkan perbandingan harga saham terkini terhadap nilai Earning per share (EPS). Sedangkan PBV ratio melihat valuasi harga saham berdasarkan harga saham terhadap book value yang merupakan kekayaan bersih emiten. Aturan kedua rasio ini dalam mendeteksi murah dan mahal apabilan semakin rendah nilai PE dan PBV sebuah saham, maka akan semakin murah harga sebuah saham.
Karena terlalu hapalan tanpa mengetahui maksud dari PE dan PBV itu berasal dari mana, pemula sering menilai PE dan PBV negatif merefleksikan valuasi yang murah padahal tidak.
Baca lagi:
Berburu Saham Murah Bukan Murahan
Berburu Saham Bank Blue Chip Bervaluasi Murah
Misalkan kami contohkan beberapa saham sektor industri tekstil dan garmen yang terdaftar dibursa dibawah ini
Bila melihat PE ratio sektor tekstil dan garmen sebesar 15,71x dan PE ratio industri sebesar 48,31x, harga saham Buana Artha Anugrah (STAR) dan Sunson Textile Manufacture (SSTM) dapat dikategorikan mahal melihat PE ratio STAR sebesar 240,68x dan PE ratio SSTM sebesar 80,20x. Akan tetapi PE ratio Zona Perintis (ZONE) adalah -7,31x dan juga PE ratio Argo Pantes (ARGO) sebesar -8,59x, kondisi ini bukan merupakan pertanda valuasi harga saham ZONE dan ARGO berada pada kategori sangat murah tetapi kedua saham sedang mengalami kerugian sehingga menyebabkan EPS bernilai negatif dan alhasil PE menjadi negatif.
Selain itu, berdasarkan PBV ratio, STAR memiliki PBV ratio sebesar 1,27x, SSTM memiliki PBV ratio sebesar 2,76x, dan ZONE memiliki PBV ratio sebesar 1,34x. Ketiganya dikategorikan murah jika dibandingkan dengan PBV ratio industri sebesar 1,24x dan PBV ratio sektor sebesar 0,99x. Sedangkan, PBV ratio ARGO menunjukkan angka negatif sebesar -0,44x. Akan tetapi, kondisi ini bukan berarti ARGO saat ini berada dalam kategori murah tetapi kekayaan bersih emiten sedang negatif.
Nilai negatif dalam PE ratio dan PBV ratio dapat terjadi karena beberapa alasan. PE ratio dapat bernilai negatif karena kondisi bisnis emiten sedang tidak baik sehingga pendapatan menurun. Dengan kondisi pengeluaran yang tetap atau naik, maka emiten akan membukukan kerugian bersih yang menyebabkan earning per share saham turun dan negatif.
Sedangkan nilai PBV ratio juga dapat negatif apabila emiten terus mendapat kerugian sehingga kehilangan banyak aset. Selain itu, ketika hutang perusahaan meningkat hal tersebut dapat memperparah kondisi PBV ratio yang memperhitungkan aset perusahaan dikurangi dengan beban kewajibannya atau book value. Perubahan metode pencatatan dalam laporan keuangan juga dapat menjadi alasan nilai PE ratio dan PBV ratio menjadi negatif.
Dalam beberapa alasan, nilai negatif dalam PE ratio dan PBV ratio dihiraukan karena tidak memiliki makna. Sebagai contoh, ketika emiten A dengan share prices Rp100, dan book value -100, maka nilai PBV ratio A sebesar -1x. Sedangkan emiten B, memiliki share price Rp100, dengan book value -0,1, sehingga PBV ratio B sebesar -1000x. Secara sekilas, emiten A akan jauh lebih baik dibandingkan dengan emiten B berdasarkan nilai PBV ratio. Akan tetapi, jika melihat pada acuan keuangannya, emiten B jauh lebih baik dibandingkan dengan emiten A yang memiliki book value -100.
Summary
Nilai PE ratio dan PBV ratio yang negatif tidak dapat menunjukkan harga saham yang murah atau undervalued. Untuk dapat mengetahui bahwa PE ratio dan PBV ratio merupakan signal yang baik bagi investor, kita harus melihat analisa teknikal dan analisis fundamental lainnya secara historis. Apabila emiten secara konsisten memiliki PE ratio dan PBV ratio negatif, hal tersebut mengindikasikan kondisi yang buruk dan lebih baik untuk dihindari. Akan tetapi sebaliknya, apabila nilai negatif baru saja muncul, kondisi tersebut dapat terjadi karena efek sesaat.
“Easy peasy. Don’t buy a stock unless you think it’s undervalued.”
-Warrant Buffet-
Untuk dapat berdiskusi saham dengan fundamental baik, anda dapat menghubungi kami melalui Telegram dan Whatsapp.
Join Private Investing Room untuk mendapatkan panduan investasi lengkap, mulai dari rekomendasi, panduan akumulasi sampai distribusi serta konsultasi dengan tim advisor yang berpengalaman memandu investor dari dalam dan Luar Negeri.
Manfaatkan Promo #EasyInvesting 9.9 dan dapatkan Paket PIR 6 bulan Bonus 2 Bulan
Market Inteligent: Isna Fauziah
Editor: Yusuf Efendi