Pada artikel sebelumnya, prediksi IHSG kuartal II 2021 yang sudah dirilis pada awal bulan April lalu, memberi kesimpulan bahwa bulan Mei memiliki kinerja terburuk selama 5 tahun terakhir. Secara spesifik, bagaimana pergerakan IHSG bulan Mei?
Sepanjang bulan April 2021, IHSG mencatatkan kinerja positif sebesar +0,17%. Sepanjang satu bulan, IHSG bergerak konsolidasi cenderung turun dalam rentang harga 5882 – 6116. Banyaknya sentimen negatif bulan lalu, cukup membebani pergerakan IHSG, seperti adanya kebijakan larangan mudik yang lebih ketat dari tahun sebelumnya, peningkatan kasus akibat covid-19 di beberapa negara, banyaknya rilis laporan keuangan emiten yang tidak sesuai harapan investor, serta imbal hasil obligasi AS masih membayangi kinerja market domestik karena tingginya capital out flow.
Dari dalam negeri, retail sales bulan Februari tercatat masih jauh dari prakiraan disertai rencana perpanjangan PPKM Mikro dan larangan mudik, namun sentimen bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri berhasil membuat Consumer Confidence lebih tinggi dari prakiraan analis. Dari sektor manufaktur, optimisme penjualan kendaraan bermotor didukung oleh diskon PPnBM yang berlaku sejak April, serta kembali dilaksanakanya IIMS pada tahun ini yang tahun lalu batal digelar. Meskipun dihantui mutasi virus corona B1617, pemberlakuan PPKM Mikro dan vaksinasi yang gencar dilakukan pemerintah sepanjang 2021 berhasil melandaikan grafik positif covid-19 sehingga diharapkan dapat menahan dampak negatif yang signifikan.
Sentimen global yang mempengaruhi pergerakan IHSG bulan April diantaranya naiknya kasus positif corona di India, Brazil dan beberapa negara di kawasan Eropa yang membebani perputaran ekspor global dan menjadikan sentimen negatif untuk emiten terkait. Imbal hasil obligasi yang sempat naik sebesar 4,1 basis poin mendekati level 1,7% yang mengakibatkan foreign sell melebihi foreign buy yaitu sebesar 5,01% dan 4,8% karena investor lebih memilih untuk berinvestasi di obligasi yang lebih menarik.
Selama bulan April, sektor yang berhasil membuat IHSG bergerak dalam teritori positif diantaranya Sektor Agri berhasil menguat sebesar +13,65%, sektor mining +9,43%, dan Sektor Misc-Industry naik +4,43%. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan selama bulan April yakni sektor Finance turun -0,92%, sektor Manufacture -2.01%, dan sektor Property turun sebesar -3,15%.
Lalu, bagaimana IHSG bulan Mei 2021?
Dilihat dari grafik di atas, pergerakan IHSG di bulan Mei dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami penurunan sebanyak 4 kali. Penurunan terjadi di tahun 2021, 2016, 2018 dan 2019 secara cukup signifikan terjadi pada tahun 2012 dan tahun 2019 yang mencatatkan penurunan masing-masing -8,32% dan -3,81%.
Dengan ketidakstabilan ekonomi dunia yang masih belum pulih akibat pandemi covid-19, Bank Indonesia berupaya menstabilkan rupiah dengan memperpanjang waktu pengumpulan data transaksi pembentuk JISDOR, sehingga JISDOR mencerminkan transaksi spot yang terjadi sepanjang hari, yang telah dimulai sejak 5 april 2021. Seiring pencairan THR yang mulai dilaksanakan diharapkan memberikan dampak positif untuk meningkatkan daya beli masyarakat yang memburuk selama pandemi covid-19 meskipun dihadapkan pada larangan mudik dan PPKM Mikro lanjutan, namun sentra-sentra kegiatan ekonomi di berbagai daerah akan tumbuh seiring pembatasan aktivitas perjalanan larangan mudik, serta dengan masih berlakunya diskon PPnBM yang diharapkan dapat menahan penurunan penjualan motor dan mobil.
Secara teknikal, IHSG mencoba menutup support gap 5928, dan akan bergerak sideways cenderung menurun dengan tetap berada diatas support gap 5810 dan ressist terdekat pada kisaran harga 6100-6150.
Kesimpulan:
Dengan kondisi perekonomian yang masih penuh ketidakpastian akibat mutasi covid-19, kondisi teknikal, dan doktrin “sell on May and go away“, IHSG lebih berpeluang bergerak sideways cenderung menurun meskipun secara historis sepuluh tahun terakhir terdapat probabilitas sebesar 60% untuk naik.