Implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah pandemi Covid-19 berpengaruh pada hampir semua sektor ekonomi di Indonesia, termasuk emiten-emiten di sektor keramik dan produsen porselen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Namun, di tengah situasi pandemi Covid-19 tersebut, terdapat kebijakan penurunan harga gas industri menjadi US$ 6 per Million British Thermal Units (MMBTU) yang dilakukan oleh pemerintah. Hal tersebut menjadi kabar baik bagi emiten yang bergelut di sektor pupuk, keramik dan kaca karena dapat memangkas beban produksi emiten-emiten tersebut. PT Arwana Citramulia Tbk merupakan salah satu emiten yang mendapatkan sentimen positif ini
Lalu, Bagaimanakah Kinerja PT Arwana Citramulia Tbk Sebagai Salah Satu Emiten di Sektor Industri Khususnya Keramik dan Kaca?
PT Arwana Citramulia Tbk merupakan perusahaan yang berbasis di Indonesia yang utamanya bergerak dalam produksi ubin keramik. Ubin-ubin tersebut tersedia dalam berbagai pola dan ukuran. Perusahaan ini memasarkan ubin normalnya dengan merek Arwana dan ubin premium dengan merek UNO. Produk-produknya didistribusikan oleh anak perusahaannya, PT Primagraha Keramindo. Fasilitas produksinya berada di berbagai daerah Indonesia, seperti Tangerang, Serang, Gresik, dan Ogan Ilir. Beberapa anak perusahaannya adalah PT Arwana Nuansakeramik, PT Sinar Karya Duta Abadi dan PT Arwana Anugerah Keramik.
Kinerja Fundamental ARNA Selama 5 Tahun Terakhir
source: laporan keuangan ARNA
Berdasarkan grafik diatas, kinerja fundamental ARNA selama 5 tahun terakhir sangat mengesankan. Pada top line maupun bottom line nya selalu konsisten mencatatkan kenaikan.
Kinerja ARNA Selama Sembilan Bulan Tahun 2020
source: Financial Report ARNA
Selama sembilan bulan tahun 2020, pendapatan ARNA mengalami penurunan tipis yaitu sebesar 1,19% secara year on year dari Rp 1,63 triliun menjadi Rp 1,61 triliun. Penurunan kinerja tersebut disebabkan karena penjualan yang menyusut di Quartal 2 2020 lalu.
source: idx.co.id (laporan keuangan ARNA)
Di tengah kinerja pendapatannya yang turun tipis, laba bersih ARNA justru bertumbuh positif sebesar 38,32% secara year on year dari semula Rp 160,13 miliar menjadi Rp 221,50 miliar. Tumbuhnya kinerja laba bersih ARNA yang positif tersebut dipacu oleh efisiensi biaya serta ARNA berupaya menjaga produkitivitas agar tetap efektif. Tercemin kala itu, ARNA berupaya mencegah terjadinya cacat produksi dalam proses pembuatan barang melalui metode Lean Six Sigma, dengan cara tersebut pemakaian bahan baku yang sia-sia akibat cacat produksi dapat diminimalisir.
Bagaimana Dengan Valuasi Saham ARNA Saat Ini?
source: laporan keuangan arna diolah
Saat ini ARNA memiliki PE ratio sebesar 13,67x tergolong murah jika dibandingkan dengan PE mean standar deviasi sebesar 23,74x, PE sektor 26,94x dan PE industri yang rata-rata sedang mengalami kerugian -0,44x. Kemudian jika dilihat dari PBV rationya, saat ini ARNA memiliki PBV ratio sebesar 3,39x tergolong murah jika dibandingkan PBV mean standar deviasi sebesar 4,51X namun mahal dibandingkan PBV sektor sebesar 1,88x dan PBV industri 1,22x. Sehingga, secara valuasi, saham ARNA saat ini jika dilihat dari PE ratio tergolong murah baik dari sisi internal maupun eksternal. Sementara dilihat dari PBV ratio saat ini ARNA tergolong murah dari sisi internal, namun mahal dari sisi eksternal.
Lalu, Apakah ARNA Saham yang Layak Investasi dan Kapan Waktu yang Tepat Untuk Akumulasi?
Selengkapnya di Analisa Kelayakan Investasi Saham ARNA
Market Intelligent: Diana AP
Editor: Yusuf Efendi