Close

Sentimen Geopolitik Terhadap IHSG

Hari ini $IHSG ditutup turun -1,045%, tertekan sentimen konflik geopolitik dengan China di Teluk Natuna. Ada anggapan bahwa konflik geopolitik dapat mengganggu iklim investasi. Sebagai investor kita harus mencermati kondisi seperti konflik geopolitik ini, untuk menentukan sikap apakah harus keluar dari pasar saham dengan menjual semua posisi, atau malah kesempatan untuk menambah posisi memanfaatkan momentum koreksi pasar.

Konflik geopolitik terjadi ketika adanya ancaman terhadap hubungan normal sebuah negara dengan negara lainnya. Dari perspektif investor, perubahan dalam hubungan antar negara dapat memicu volatilitas di pasar keuangan. Sebuah analisis empiris Geopolitical Risk Index oleh Caldara dan Iacoviello, mengungkapkan bahwa peningkatan risiko geopolitik sebuah negara menghasilkan aktivitas ekonomi dan equity market returns yang lebih rendah.

Baca Juga: Tips Menghindari Saham Gorengan

Sejarah sentimen geopolitik yang berdampak pada pasar modal Indonesia tercatat sudah beberapa kali terjadi, berikut adalah rangkumannya :

  1. Konflik Geopolitik Iran – Amerika Serikat

    Konflik antara Iran dan AS yang terjadi pada awal tahun ini berdampak pada harga emas dan minyak dunia. Diketahui harga emas naik ke level tertinggi sejak enam tahun terakhir. Harga emas di pasar spot menguat 2,3% ke level US$ 1.588,13 per troy ounce. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak April 2013, dan diperdagangkan 1,5% di posisi US$ 1.575,36.

    Sementara itu dalam pasar saham, investor harus berhati-hati karena potensi harga minyak yang akan bergejolak selama beberapa minggu kedepan. Gejolak ini berdampak nyata pada turunnya bursa saham Amerika (Dow Jones). Sementara di Indonesia, investor meningkatkan posisi disaham yang berkorelasi dengan emas dan pertambangan yang berhubungan dengan emas.

    Pada penutupan tanggal 3 Januari 2020, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk ($MDKA) menguat 7,34% ke level Rp 1.170 per saham, naik 80 poin. Hingga hari ini pun $MDKA masih bertahan, di saat $IHSG dibuka merah dengan turun 29,9 poin (0,47%) ke 6.293
  2. Konflik Geopolitik Korea Utara – Amerika Serikat

    Konflik Geopolitik Korea Utara dan Amerika Serikat seakan tiada akhir. Pada tahun 2017 silam, dampak jangka pendek di Semenanjung Korea berimbas pada pasar modal. Bursa saham di sebagian besar wilayah Asia ditutup melemah. Indonesia pun tak luput dari dampak tersebut. $IHSG tercatat melemah pada perdagangan 4 September 2017 sebesar 0,86%.

    Pelemahan bursa saham di wilayah Asia saat itu disebabkan karena banyak investor asing yang keluar dari pasar modal Asia. Gelombang capital outflow juga berdampak bagi stabilitas sektor keuangan dalam negeri, karena lebih dari 60% saham di Indonesia saat itu dimiliki oleh foreign investor.
  3. Konflik Geopolitik Tiongkok – Amerika Serikat

    Konflik perang dagang yang terjadi antara Tiongkok dan AS bermula saat Presiden AS, Donald Trump mengumumkan akan mengenakan bea masuk produk Negeri Tirai Bambu tersebut sebesar US $50 miliar pada 22 Maret 2018. Hal tersebut direspon oleh Tiongkok dengan mengenakan bea masuk 128 produk AS, termasuk Kedelai yang merupakan ekspor utama AS ke Tiongkok.

    Berawal dari hal tersebut, terciptalah perang dagang yang tak kunjung selesai. Dampak perang dagang ini membuat pertumbuhan ekonomi dunia merosot sebesar 0,8%. Penurunan ini berimbas ke pasar modal dalam negeri, dimana market global sangat mempengaruhi performa dari $IHSG. Sebagai contoh, pada tanggal 4 Desember 2019, $IHSG terkoreksi 0,45% ke level 6.106,37.

    Pada pertengahan Desember 2019 lalu, Muncul rencana kesepakatan perdagangan antara Tiongkok dan AS. Pada tanggal 3 Januari 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,63% atau naik 39,88 poin ke level 6.323,46. Penguatan tersebut salah satunya disebabkan oleh sentimen meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kesepakatan perdagangan Tiongkok – AS rencananya akan belangsung pada 15 Januari 2020, ditandai dengan penandatanganan perdagangan Fase Pertama.
  4. Konflik Geopolitik Uni Eropa – Amerika Serikat

    Bersamaan perang dagang dengan Tiongkok sebelumnya, pada Oktober 2019 lalu AS juga menerapkan tarif pada produk Uni Eropa (UE) senilai US$ 7,5 miliar. Sejumlah barang menjadi target penerapan tarif, diantaranya adalah pesawat Airbus. Kenaikan tarif ini memulai episode perang dagang baru, antara AS melawan Uni Eropa.

    AS menerapkan kenaikan tarif setelah menang di World Trade Organization (WTO), atas kasus subsidi ilegal Eropa terhadap Airbus. Perang dagang Eropa – AS langsung berdampak pada IHSG. Tercatat pada Oktober 2019, IHSG mengalami pelemahan selama 5 hari.

Baca Juga: Minyak Bullish, Siapa yang Untung & Siapa yang Rugi?

Bottom Line

Konflik geopolitik mempengaruhi pasar saham, dimana pengaruh ini bisa menyebabkan koreksi jangka pendek apabila diselesaikan secara damai dalam waktu singkat. Sebaliknya, apabila penyelesaian tidak segera dilakukan dapat menciptkan ketidakpastian dalam jangka panjang dan mengganggu pertumbuhan $IHSG.

Dalam setiap koreksi $IHSG, tidak selalu berarti negatif untuk investor dan trader yang cerdas. Buktinya masih ada saham-saham yang mengalami kenaikan ketika $IHSG koreksi. Seperti hari ini, saham $ELSA dan $ANTM justru mengalami kenaikan. Sebagai investor dan trader yang tetap ingin profit, kita harus mampu memilih posisi terbaik dalam kondisi apapun.

Menjadi member Private Room YEF Advisor, anda akan mendapatkan rekomendasi saham terbaik, bahkan di saat pasar sedang sulit. Kami akan merekomendasikan saham-saham layak trading atau investasi, lengkap dengan trading / investing plan-nya. Anda juga bebas berkonsultasi mengenai pergerakan saham ataupun restructuring portfolio kapan saja.

Daftar sekarang
Link registrasi :
yefadvisor.com/register

Market Intelligent: Ajeng Setyawati
Editor: Muhammad Avicenna Jauhar Maknun
Cover Designer: Hayu Winursita Linuhung

Sumber:
ssga.com
schroders.com

Social Share
banana