Sebentar lagi Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 2019. Sepanjang tahun 2019 sendiri, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali dengan total penurunan sebesar 75bps (basis points). Pada awal tahun 2019 sampai dengan bulan Juni 2019, suku bunga acuan konstan yaitu sebesar 6%. Setelah mengalami penurunan yang dimulai dari bulan Juli, saat ini suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate turun menjadi 5,25%. Sedangkan $IHSG sebagai acuan pasar saham Indonesia, dalam 6 Bulan terakhir masih mencatatkan kinerja -2% lebih.
Lalu apakah penurunan suku bunga ini berdampak positif untuk pasar saham?
Banyak pelaku pasar menganggap ada perpindahan dana dari instrumen investasi pendapatan tetap seperti deposito ke pasar saham, akibat dari suku bunga yang turun dan kurang menarik. Terlebih, penurunan tingkat suku bunga acuan menyebabkan bunga deposito juga mengalami penurunan.
Baca Juga: Menanti Suku Bunga, $IHSG Lanjut Bullish
Berikut adalah grafik tingkat bunga acuan dengan bunga deposito tahunan:
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa sejak bulan Juni 2019, tren bunga deposito mengikuti trend suku bunga acuan. Menurut catatan Bank Sentral, pertumbuhan deposito pada bulan Agustus 2019 tercatat sebesar 7,8% yoy (year on year). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan di bulan Juli 2019, yaitu sebesar 8,5% yoy. Asumsi tersebut mengindikasikan bahwa, penurunan tingkat suku bunga acuan menyebabkan masyarakat memilih menarik depositonya untuk ditanamkan ke saham.
Untuk itu kami akan menganalisis bagaimana dampak penurunan suku bunga di Indonesia terhadap pasar saham dari tahun ke tahun.
Berdasarkan grafik di atas, dapat dikatakan bahwa trend suku bunga berhubungan negatif dengan pergerakan harga saham atau bisa dikatakan jika suku bunga turun, maka pasar saham akan naik. Pada tahun 2016 hingga tahun 2018, trend suku bunga di Indonesia turun dari level 7,5 ke level 4,25. Penurunan suku bunga ini diduga berdampak pada kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG), yang cukup signifikan di tahun 2016 hingga tahun 2018. Pada tahun 2016, IHSG naik dari 4500 hingga menjadi 6600 atau naik sekitar 50%.
Baca Juga: Waspada Pelemahan Rupiah!
Suku bunga yang tinggi akan menaikkan biaya bunga, sehingga laba perusahaan akan turun dan para investor mulai menjual sahamnya untuk beralih menanam dana ke instrumen investasi pendapatan tetap. Begitu juga sebaliknya, tingkat suku bunga yang rendah akan menurunkan biaya bunga, sehingga laba perusahaan akan naik dan menyebabkan investor lebih tertarik untuk membeli saham.
Walaupun tingkat suku bunga dengan IHSG tidak berhubungan secara langsung, tetapi keduanya masih memiliki hubungan ripple effect. Apabila tingkat suku bunga naik, maka aliran kas perusahaan akan menurun dan beban perusahaan meningkat. Investasi akan lebih beresiko, dan membuat investor memilih untuk menanamkan dananya ke deposito yang dianggap lebih menguntungkan. Jika hal itu terjadi, maka IHSG kemungkinan besar akan turun.
Sebaliknya, jika tingkat suku bunga turun maka deposito tidak terlalu menguntungkan dan investor akan kembali menginvestasikan dananya di pasar saham. Tentunya IHSG pun akan naik, karena permintaan investasi di saham meningkat.
Anda ingin mendapatkan panduan dan rekomendasi saham layak investasi?
Join Private Investing Room (PIR) / Private Investing Room Syariah (PIRS) untuk mendapatkan rekomendasi dan panduan investasi saham. Anda juga dapat berkonsultasi mengenai portofolio dan proyeksi saham yang saat ini sedang anda investasikan.
Daftar sekarang
Link registrasi : yefadvisor.com/register
Market Intelligent: Maharani Dyah Wulandari & Mutik Dian Prabaning Tyas
Editor: Muhammad Avicenna Jauhar Maknun
Sumber:
Tradingeconomics.com
Bank Indonesia