Belakangan ini kita sering mendengar berita di media bahwa tahun depan akan terjadi resesi ekonomi global. Memang apa sih resesi ekonomi itu?Apakah Indonesia pernah mengalami resesi ekonomi? Kemudian bagaimana dampaknya untuk investor saham?
Daripada penasaran, yuk simak bahasan kami berikut ini supaya anda tidak menyesal ketika terjadi resesi ekonomi nanti.
Secara sederhana resesi ekonomi dapat dipahami sebagai kelesuan ekonomi. Biasanya terjadi karena Produk Domestik Bruto suatu negara mengalami penurunan, atau pertumbuhan ekonomi riil yang bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut atau lebih dari satu tahun. Ketika terjadi resesi ekonomi, pihak yang dirugikan salah satunya adalah investor karena nilai sahamnya tiba-tiba anjlok.
Baca Juga: Tips Investasi di Kala Resesi Datang
Secara global, dunia pernah mengalami resesi ekonomi massal yang mulai dirasakan pada tahun 2007. Hal ini dipicu karena kerugian besar dialami bank maupun lembaga keuangan seperti UBS Bank (Swiss), Citibank, dan Merryl Lynch. Kemudian Bank of England (BOE) melakukan injeksi likuiditas sebesar 10 miliar poundsterling akibat penarikan uang besar-besaran. Kemudian The Fed menurunkan suku bunga dari 5,25% menjadi 4,5%. Pasar saham global mulai berjatuhan, dan mencapai titik terendah sejak September 2001. The Fed kembali memangkas suku bunganya dalam 3 bulan menjadi 2,25%. Lehman Brothers sebagai bank dengan investasi terbesar keempat di AS dinyatakan bangkrut dan mengakibatkan melemahnya nilai tukar terhadap Dollar US. Dampak krisis keuangan semakin berimbas ke sektor riil, tercermin dari turunnya angka penjualan eceran dan meningkatnya pengangguran di seluruh Eropa dan AS.
Dampak resesi ekonomi global tentu akan berpengaruh ke negara-negara lainnya. Pada tahun itu, Indonesia juga terkena dampak resesi ekonomi. Pasar modal di Indonesia anjlok dan menyebabkan investor saham panik. Saat itu IHSG menjadi turun drastis mencapai level terendah 1,146 pada bulan November 2008. Hal itu membuat investor trauma untuk berinvestasi lagi.
Sebelum resesi tahun 2008, Indonesia juga pernah mengalami resesi ekonomi terbesar sejak merdeka Tahun 1997-1998. Krisis di Indonesia bermula ketika pemerintah Thailand dibebani oleh utang luar negeri yang besar dan memutuskan untuk mengambangkan mata uang baht setelah serangan yang dilakukan para spekulan mata uang terhadap cadangan devisa negara tersebut. Pergeseran moneter ini dilakukan untuk merangsang pendapatan ekspor, namun ternyata sia-sia. Hal ini menimbulkan efek penularan ke negara-negara Asia lainnya karena kepercayaan investor asing di pasar Asia sudah hilang, kemudian membuang berbagai mata uang beserta aset-aset Asia secepat mungkin.
Saat itu, tingkat inflasi di Indonesia masih rendah dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat anjlok dari Rp 2.500 menjadi Rp 17.000 per USD atau sekitar 580%, sehingga Indonesia mengalami krisis ekonomi. Hal itu mengakibatkan membengkaknya utang swasta Indonesia ke luar negeri yang menyumbang sebesar 85%. Akibat kelemahan sistemik perbankan Indonesia, masalah utang sektor swasta eksternaltersebut langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
Indonesia menjadi negara yang paling banyak menanggung kerugian akibat resesi ekonomi tahun 1998. Tidak hanya berdampak pada krisis finansial, tetapi juga berdampak signifikan atau bahkan menyeluruh pada sistem politik dan keadaan sosial di Indonesia.
Baca Juga: Thomas Cook, Pelajaran Berharga untuk Investor
Belakangan ini isu-isu resesi ekonomi global untuk tahun 2020 mulai merambat ke semua media. Kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai perusahaan mulai banyak terjadi seperti pada enam bank global yaitu Citigroup, Barclays, HSBC, Société Générale, Deutsche Bank dan Nomura Bank. Sebagaimana dikutip dari Financial Times, sebanyak 30.000 karyawan terkena lay off. Selain itu, performa perusahaan sektor riil di Australia dan Korea Selatan mengalami kesulitan melunasi utang. Terdapat juga isu dalam negeri yang mengatakan bahwa beberapa start-up Unicorn Indonesia seperti Bukalapak mem-PHK 2000 karyawannya pada bulan Agustus lalu.
Kesimpulannya resesi ekonomi memang tidak bisa dihindari dan biasa terjadi dalam sistem perekonomian suatu negara. Keberhasilan investasi di tengah krisis sangat ditentukan oleh penerapan strategi investasi yang disiplin. Semoga artikel di atas menjadi reminder bagi kita agar siap siaga selangkah ke depan menghadapi resesi ekonomi, sehingga kita sudah tahu apa yang harus dilakukan.
Anda membutuhkan strategi berinvestasi yang aman dan nyaman, walau diterpa resesi?
Join Private Investing Room (PIR) untuk mendapatkan rekomendasi dan panduan investasi saham. Anda juga dapat berkonsultasi mengenai portofolio dan proyeksi saham yang saat ini sedang anda investasikan.
Daftar sekarang
Link registrasi : yefadvisor.com/register
Market Intelligent: Mahmudi Islamudin
Editor: Mutik Dian Prabaning Tyas